Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengusulkan besaran subsidi listrik tahun anggaran 2008 mencapai Rp42,6 triliun atau mengalami kenaikan Rp16,8 triliun dibandingkan APBN 2007 sebesar Rp25,8 triliun. Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM J Purwono dalam raker Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa, mengatakan, besaran subsidi itu merupakan skenario maksimal dengan asumsi PT PLN (Persero) mendapatkan marjin lima persen. "Sementara, kalau PLN tidak mendapat marjin maka subsidinya menjadi Rp36,93 triliun," katanya. Asumsi yang dipakai menghitung skenario maksimal adalah konsumsi BBM 9,556 juta kiloliter, biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Rp930,17 per kWh, pertumbuhan penjualan listrik 6,8 persen, susut jaringan 10,14 persen, harga minyak 60 dolar per barel, dan nilai tukar Rp9.400 per dolar AS. Sedangkan, apabila memakai skenario minimal maka dengan marjin PLN lima persen, maka kebutuhan subsidi menjadi Rp38,21 triliun dan Rp32,73 triliun untuk marjin nol persen. Asumsi yang dipakai buat skenario minimal ini adalah konsumsi BBM 9,556 juta kiloliter, BPP listrik Rp896,1 per kWh, pertumbuhan penjualan listrik 6,8 persen, susut jaringan 10,14 persen, harga minyak 57 dolar per barel, dan nilai tukar Rp9.400 per dolar AS. Menurut Purwono, konsumsi BBM buat pembangkit tahun 2008 akan mencapai 9,55 juta kiloliter atau mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan 2007 yang diperkirakan 8,6 juta kiloliter. "Konsumsi BBM 2008 mengalami kenaikan karena digunakan mengatasi krisis listrik dan masih terbatasnya pasokan gas," katanya. Sementara, subsidi listrik yang diajukan pemerintah dalam RAPBN Perubahan 2007 mencapai Rp36,03 triliun dengan marjin PLN sebesar lima persen dan Rp30,87 triliun untuk marjin nol persen. Skenario subsidi itu dengan asumsi konsumsi BBM 8,863 juta kiloliter, volume gas 186 juta MMBTU, pertumbuhan penjualan listrik 6,66 persen, biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Rp884 per kWh, susut jaringan 11,4 persen, harga minyak 60 dolar per barel, dan nilai tukar Rp9.100 per dolar AS. Sedang, subsidi listrik dalam APBN 2007 mencapai Rp25,8 triliun. Skenario subsidi itu dengan asumsi konsumsi BBM 6,357 juta kiloliter, konsumsi gas 289 juta MMBTU, biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Rp818 per kWh, susut jaringan 10,17 persen, harga minyak 63 dolar per barel, pertumbuhan penjualan listrik 0,51 persen dan nilai tukar Rp9.300 per dolar AS.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007