Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore bergerak melemah sebesar 44 poin menjadi Rp13.574 per dolar AS dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.530 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures, Faisyal, di Jakarta mengatakan bahwa nilai tukar rupiah melemah seiring terjaganya dolar AS setelah perilisan data upah non-pertanian (Non Farm Payroll/NPF) yang lebih baik dari estimasi.

"Situasi itu memperkuat untuk adanya kenaikan suku bunga AS di pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini," katanya.

Ia menambahkan bahwa hasil survei median terhadap 41 ekonom menunjukkan ekonom masih berekspektasi kenaikan suku bunga dapat lebih cepat, salah satunya proyeksi kenaikan di bulan Juni 2018 menjadi Maret 2018.

"Kenaikan terdekat, yakni pada pekan ini dimana dalam pertemuan FOMC, The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1,25-1,5 persen," paparnya.

Ia mengemukakan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan mencetak 228.000 pekerja di bulan November, jumlah itu melampaui perkiraan pasar untuk pertumbuhan 200.000 pekerja. Sementara itu tingkat pengangguran bertahan di level 4,1 persen untuk bulan kedua beruntun.

Kendati demikian, lanjut dia, fluktuasi rupiah terhadap dolar AS relatif masih terjaga terbantu oleh adanya intervensi dari Bank Indonesia.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (11/12) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.546 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.556 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017