Jakarta, 20 Juni 2007 (ANTARA) - Badan Litbang Kehutanan saat ini telah dan sedang melakukan upaya untuk menyelamatkan jenis-jenis kayu unggul dan langka melalui serangkaian penelitian dan pengembangan tanaman. Hal tersebut dilatarbelakangi kenyataan saat ini bahwa beberapa jenis kayu Indonesia yang selama 20 tahun terakhir ini menjadi andalan ekspor, antara lain meranti, keruling, bangkirai, kapur (kelompok dipterocarpaea), ramin, gaharu, dan merbau (kelompok non dipterocarpaea), mengalami penurunan potensi yang sangat tajam. Beberapa jenis kayu unggul bahkan sudah masuk dalam appendix CITES sebagai tanaman yang langka dan perlu dilindungi, antara lain Aquilaria (pohon inang penghasil gaharu). Untuk mengatasi kelangkan biji meranti yang jarang berbuah dan tidak tentu waktunya, Badan Litbang bekerja sama dengan Komatsu, Jepang, mengembangkan teknologi perbanyakan benih dengan sistem KOFFCO. Sistem ini mampu memproduksi bibit meranti secara massal sehingga dapat ditanam dalam skala luas. Teknologi ini telah mulai dikembangkan di beberapa HPH di Kalimantan dan program Gerhan. Rencana selanjutnya adalah penyebarluasan teknologi KOFFCO ke Universitas, Balai Diklat Kehutanan di daerah, HPH, masyarakat penangkar bibit, dan Dinas Kehutanan di beberapa propinsi. Teknologi rekayasa produksi gaharu yang sedang dikembangkan oleh Badan Litbang Kehutanan saat ini telah menunjukkan keberhasilan. Inokulasi (penyuntikan) yang dilakukan pada pohon inang penghasil gaharu yang tumbuh alami di Bangka dan Gorontalo, dan hasil tanaman yang berumur 6 tahun di Sukabumi, telah menunjukkan keberhasilan. Ke depan, Badan Litbang merencanakan kegiatan untuk perbaikan teknologi dan efektifitas inokulasi untuk meningkatkan kualitas gaharu kepada masyarakat, peningkatan dan penyebarluasan teknik budidaya gaharu kepada masyarakat, konservasi genetik jenis-jenis pohon inang penghasil gaharu yang tumbuh asli di Indonesia, dan pembangunan model penanaman gaharu di KHDTK/Hutan penelitian. Untuk upaya konservasi dan budidaya ramin, Badan Litbang bekerjasama dengan HPH dan Dinas Kehutanan propinsi/kabupaten di 5 propinsi habitat ramin, membangun hutan ramin melalui konservasi ex-situ dan in-situ serta penyelamatan pohon induk sebagai sumber genetik ramin. Badan Litbang juga bekerjasama dengan ITTO selama periode 2007-2009 mengupayakan pengembangan teknologi propagasi bahan tanaman ramin yang berkualitas, dan pengembangan teknologi penanaman ramin di hutan rawa gambut di Sumatera dan Kalimantan. Bersama ITTO juga diupayakan peningkatan kapasitas institusi dan SDM dalam implementasi CITES di Indonesia khusus untuk ramin, dan mengevaluasi kebijakan dan penyempurnaan peraturan pengelolaan ramin, khususnya di bidang konservasi, rehabilitasi, dan protokol pemanenan di hutan ramin (hutan rawa gambut) di Indonesia. Untuk menyelamatkan ulin, Badan Litbang saat ini telah membangun hutan konservasi secara in-situ di KHDTK Samboja dan penanaman ulin secara ex-situ di Kalimantan Timur dan di Jawa Timur. Rencana pengembangan ulin selanjutnya adalah meningkatkan upaya konservasi secara in-situ dan ex-situ, mengembangkan dan menyebarluaskan teknik budidaya ulin kepada masyarakat, dan membangun model penanaman ulin dengan agroforestry. Mengantisipasi populasi kayu merbau yang menurun drastis, Badan Litbang berupaya untuk mengembangkan teknik propagasi untuk dapat menghasilkan bahan tanaman yang berkualitas. Selain itu, Badan Litbang juga melakukan konservasi genetik baik in-situ maupun ex-situ, dan uji penanaman merbau di KHDTK. Untuk langkah ke depan, akan dilaksanakan peningkatan penguasaan silvikutur merbau, konservasi ex-situ dan in-situ, dan upaya pemuliaan tanaman. Untuk mangrove, Badan Litbang bekerja sama dengan JICA telah mengetahui teknik pembibitan untuk jenis Rhizopora mucronata, R. Apiculata, Bruguiera gymnorrizha, Sonneratia alba, Avicenna marina, Ceriops tagal, dan Xylocarpus granatum. Fenologi baru diketahui untuk empat jenis pertama. Sedangkan kesesuaian jenis baru terbatas pada tingkat penggenangan oleh air laut dan subtract tapak dimana jenis mangrove ditanam. Di samping jenis-jenis tersebut, Badan Litbang juga sedang melakukan penelitian dan pengembangan jenis-jenis komersial lain seperti Acacia mangium, Eucalyptus sp., sengon, dan kayu putih untuk peningkatan produktifitas. Untuk keterangan tambahan, silakan hubungi DR. Ir. Achmad Fauzi Mas'ud, MSc., Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Telp: (021) 570-5099, Fax: (021) 573-8732

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2007