Paris (ANTARA News) - Hanya beberapa pekan sebelum peluncuran "Manhunt 2" di Eropa, Inggris, Irlandia dan Italia melarang computer game yang penuh dengan kebrutalan itu, dengan menyatakan "Manhunt 2" berisi "dorongan untuk berbuat kekerasan dan pembunuhan." Dibuat untuk konsol PS2 dan Nitendo Wii oleh Rockstar Games Inc, game ini merupakan sekuel dari "Manhunt", yang juga dikecam akibat tingkat kekerasannya, namun demikian diperkenankan dijual di seluruh kawasan Eropa. Kantor Sensor Film Irlandia (IFCO) merupakan lembaga pertama yang mengeluarkan larangan terhadap sekuel kedua dari serial Manhunt itu, yang menurut rencana akan mulai dijual di toko-toko Eropa pada pertengahan Juli. Dalam pernyataannya Senin, badan itu mengemukakan game tersebut menampilkan "berbagai aksi kekerasan dan penyiksaan yang kasar", sehingga aksi kekerasan semacam ini tak dapat diterima." Kemudian Badan Klasifikasi Film Inggris (BBFC) menyatakan, Selasa, pihaknya telah meberlakukan larangan pada computer game pertamanya dalam 10 tahun karena "Manhunt 2" dapat menyebabkan "berbagai risiko merusak yang tak dapat dibenarkan" terhadap anak-anak dan orang dewasa. Game terakhir yang tak lolos dalam klasifikasi di Inggris adalah "Carmagedon" pada 1997, namun keputusan itu akhir dicabut menyusul diterimanya pengajuan banding. "Terdapat sadisme yang berkesinambungan dan kumulatif dalam cara pembunuhan itu dilakukan dan didorong dalam game ini," kata Direktur BBFC, David Cooke, kepada AFP. Rockstar Games diberi waktu enam pekan untuk mengajukanb banding terhadap keputusan Inggris ini. Kemudian Kamis, Menteri Komunikasi Italia, Paolo Gentiloni melarang computer game itu di negaranya, dengan melukiskannya sebagai "kejam dan sadis" dan mengandung "dorongan melakukan kekerasan dan pembunuhan" dalam pernyataannya. Pada 2004, "Manhunt" pertama menjadi berita utama koran-koran Inggris menyusul tewasnya seorang siswa 14 tahun akibat ditikam dan dipukul di Leicester, kota Inggris tengah timur. Orang tua korban merasa yakin pembunuhnya memperoleh ilham dari game itu, kendatipun polisi dan pengacara menjelaskan tak ada bukti game itu memainkan peran dalam pembunuhan tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007