Bogor (ANTARA News) - Kasal Angkatan Bersenjata Australia (ADF), Laksamana Madya Russ Shalders mengungkapkan, penyebab utama jatuhnya helikopter "Sea King" Angkatan Laut Australia di Pulau Nias, Sumatera Utara, 2 April 2005 lalu karena kegagalan sistem kontrol penerbangan. Dalam pernyataan persnya yang diterima ANTARA News di Bogor, Jumat, Shalders mengatakan, penyebab jatuhnya helikopter tersebut terungkap berdasarkan laporan dewan penyidik (BOI). Shalders mengatakan, komponen utama sistem kontrol penerbangan tersebut tidak terpelihara baik sehingga pilot kehilangan kemampuan untuk mengontrol helikopter naas itu. "Hal ini merupakan konsekuensi dari serangkaian kesalahan dan ketidakpatuhan terhadap Regulasi Pemeliharaan yang ada," katanya. Dalam kecelakaan helikopter milik HMAS Kanimbla itu, sembilan prajurit Australia gugur dalam misi kemanusiaan mereka guna membantu ribuan warga Nias setelah gempa bumi memporakporandakan kota Gunung Sitoli dan beberapa wilayah lain di pulau itu 28 Maret 2005. Kesembilan personil Angkatan Bersenjata Australia yang gugur dalam tugas itu adalah Letnan Mathew Davey, Letnan Matthew Goodall, Letnan Paul Kimlin (pilot), Letnan Jonathan King (pilot), Stephen Slattery, Scott Bennet (personil AL), Kepala Skuadron Paul McCarthy, Letnan Penerbang Lyn Rowbottom, dan Sersan Wendy Jones (personil AU). Dalam acara peringatan gugurnya kesembilan personil ADF itu di Canberra 2 April lalu, Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu TM Hamzah Thayeb, bersama Menteri Pertahanan Australia Brendan Nelson, menyerahkan piagam penghargaan dan poster kepada masing-masing perwakilan keluarga sembilan tentara Australia yang gugur itu. Dubes Hamzah Thayeb dalam kesempatan itu menyampaikan pidato singkat. Dubes kembali menegaskan, bangsa Indonesia tidak akan pernah melupakan pengabdian dan pengorbanan para tentara Australia yang gugur dalam misi mulia itu. "Pengorbanan mereka itu telah semakin mendekatkan hubungan Indonesia dan Australia. Pengorbanan mereka akan senantiasa mengingatkan kita bahwa nasib kedua bangsa akan selalu saling terkait," katanya. Hamzah Thayeb lebih lanjut mengatakan, misi kemanusiaan yang dijalankan para prajurit itu merupakan pekerjaan mulia yang dilakukan secara profesional dan penuh keberanian. Mereka sangat memahami bahwa pekerjaan itu selalu membawa risiko tinggi. "Berbicara dari relung hati yang paling dalam dan atas nama seluruh bangsa Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, mereka gugur dalam kehormatan, kehormatan dari pengorbanan tertinggi, kehormatan dari sebuah tindakan yang tak menghiraukan diri untuk menolong mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan," katanya mengutip pernyataan Presiden Yudhoyono saat berkunjung ke Australia dua tahun lalu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007