Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar 43 poin menjadi Rp13.471 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.514 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Monex Investindo Futures, Faisyal di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa pergerakan dolar AS cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap data ekonomi Amerika Serikat mengenai manufaktur yang akan dirilis pekan ini.

"Diperkirakan data AS itu lebih rendah dari periode sebelumnya, situasi itu membuka ruang bagi mata uang di negara berkembang untuk menguat," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa sentimen mengenai outlook untuk kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang lebih lambat pada tahun 2018 ini juga turut menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan dolar AS.

Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan dolar AS itu nisbi terbatas menyusul kenaikan yield obligasi Amerika Serikat. Di sisi lain, sebagian pelaku pasar juga mulai melakukan reposisi menjelang hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Desember 2017 lalu.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova menambahkan bahwa sentimen inflasi Indonesia yang terjaga pada 2017 masih menjadi salah satu faktor positif bagi mata uang rupiah.

"Rupiah terapresiasi ditopang oleh tingkat inflasi yang terjaga," katanya.

Selain itu, lanjut dia, aliran modal masuk (capital inflow) ke dalam negeri yang masih cukup deras seiring fundamental ekonomi nasonal yang kuat turut menjadi faktor positif bagi fluktuasi rupiah.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (3/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.498 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.542 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018