Tanjungpinang (ANTARA News) - Cuaca buruk pada Sabtu memaksa para penyelam dari TNI Angkatan Laut (AL) menghentikan sementara upaya evakuasi terhadap pesawat Nomad N22 Pati-817, yang jatuh lalu hilang sejak 4 Mei 1988 lalu dan ditemukan di perairan Pulau Mapur, Bintan Utara, Kepulauan Riau. "Cuaca tidak memungkinan untuk melanjutkan penyelaman," kata Danlantamal IV/Tanjungpinang Laksamana Pertama TNI Among Margono. Rencana awal, pada hari ketiga missi evakuasi, tim penyelam mengangkat badan pesawat yang tenggelam 4 Mei 1987. "Kemungkinan upaya evakuasi dilanjutkan Minggu (24/6). Namun tetap dengan mempertimbangkan kondisi cuaca," kata Among. Pada hari pertama, Jumat, tim Dislambai bersama nelayan menemukan badan pesawat Nomad N22S P-817 dan teropong di kabin tempat kopilot. Di hari kedua, tim mencari kerangka jenazah pilot Mayor Laut (Pelaut) Suwelo Wibisono, namun hanya berhasil menemukan dan membawa baju penerbang (flying suit), baju pelampung pilot, alat pemadam kebakaran, kaca observer, dan sliding door kokpit. Pencarian kerangka Mayor Laut (P) Suwelo Wibisono dilaksanakan sejak kamis (21/6) di dasar laut di kedalaman sekitar 27-30 meter. "Tadi, penyelaman sempat dilakukan sebelum dihentikan sekitar pukul 13.00 WIB. Belum ada perkembangan terbaru ," kata Among. Tim penyelam untuk sementara kembali ke Posko Evakuasi Nomad N22S di Pantai Trikora, Bintan. Kondisi pesawat Nomad N22 P-817 di koordinat 01.07.157 U dan 104.64.318 LU, perairan Teluk Bakau, Pulau Mapur, Bintan Utara tersebut menghadap ke barat dengan kondisi muncung pesawat hancur. Istri Suwelo (almahrum), Sri Indah Budayati, didampingi dua dari tiga anaknya yakni Mohammad Ichya Rathadi (28) dan Uqudiyah Kafanilah Prisantianti (26) menyatakan tetap mengikuti evakuasi dari dekat kendati hingga hari ketiga pencarian kerangka Suwelo belum berhasil ditemukan. "Kami (sekeluarga) akan tetap menunggu hingga selesainya evakuasi badan pesawat," kata Sri.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007