Bangkok (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Thailand, Surayud Chulanont, Sabtu, mengulangi jaminannya bahwa perdana menteri terguling, Thaksin Shinawatra, dapat pulang dengan aman ke Thailand untuk berjuang melawan tuntutan korupsi di pengadilan. Surayud yang diangkat oleh pemimpin kudeta tidak berdarah tahun lalu, mengatakan dia menilai pengadilan Thailand adalah tempat terbaik bagi Thaksin untuk berjuang melawan tuduhan korupsi, penyelewengan dan tidak melaporkan aset sepenuhnya saat berkuasa. Thaksin sudah menyangkal tuduhan tersebut. "Yang bisa saya lakukan adalah menjamin keselamatan pribadi Thaksin jika dia pulang. Saya sudah memberi jaminan sepenuhnya bahwa saya akan berusaha sesungguh-sungguhnya untuk hal ini," kata Surayud dalam program mingguan di televisi. "Tidak ada masalah baginya untuk pulang akhir bulan ini," kata Surayud . Para penyelidik anti-korupsi, Selasa, memerintahkan Thaksin pulang dari pengasingan di London, paling lambat 29 Juni, untuk menghadapi tuduhan menyembunyikan aset, dan jika dia tidak pulang, maka surat perintah penahanannya akan dibuat. Thaksin tidak punya rencana segera pulang ke Bangkok untuk membersihkan namanya maupun memperoleh kembali sekitar 1,8 miliar dolar AS yang dibekukan di rekening bank di Thailand. Pembekuan rekening itu dilakukan badan anti-korupsi yang didirikan oleh para pemimpin kudeta. Namun, Thaksin, kepada Financial Times, Jumat, mengatakan dia akan menggugat pemerintah militer untuk mengembalikan aset yang dibekukan tersebut. Panglima angkatan bersenjata sekaligus pemimpin kudeta, Sonthi Boonyaratglin, pekan lalu mengatakan nyawa Thaksin dalam bahaya jika pulang. Thaksin yang tinggal di London sejak kudeta, mengatakan dia tidak mencemaskan keselamatan pribadi, melainkan khawatir jika dia kembali, terjadi bentrok antara militer dengan masyarakat. "Saya tidak mengintimidasinya dengan cara apa pun. Apa yang terjadi sekarang berasal dari apa yang sudah dia lakukan di masa sebelumnya," kata Surayud, yang mantan kepala staf angkatan darat dan penasihat Raja Bhumibol Adulyadej.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007