Jakarta (ANTARA News) - Nilai rupiah pada pekan depan diperkirakan masih berada di bawah level Rp9.000 per dolar AS, dengan mulai berkurangnya aksi lepas rupiah. "Sekalipun rupiah tertekan, namun posisinya masih berada di bawah level Rp9.000 per dolar AS, berkisar antara Rp8.985/9.000, " kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, akhir pekan ini. Ia mengatakan faktor utama berkurangnya tekanan itu, karena arus modal asing kembali memasuki pasar domestik, terutama di pasar saham yang mendorong indeks BEJ mencapai diatas level 2.100. Aliran modal asing yang masuk sampai Mei 2007 (Data Bapepam) mencapai Rp23,35 triliun, sehingga indeks BEJ menembus di atas level 2.100. Investor asing menjadi "driver" utama kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ pada semester I yang mencapai sekitar 17,78 persen. "Indeks BEJ didorong naik oleh masuknya dana investor asing," ujarnya. Rupiah ke depan diperkirakan akan kembali menguat hingga mendekati level Rp8.700 per dolar AS, ucapnya. Rupiah dalam perdagangan, Jumat (22/6), sempat menembus level Rp9.000 dengan mencapai Rp9.005/9.015 per dolar AS, namun kembali merosot di bawah level Rp9.000 per dolar AS. Rupiah sebenarnya sudah cukup stabil, melihat fundamental ekonomi Indonesia makin baik sejalan dengan terus menurunnya laju inflasi dan suku bunga acuan (BI Rate) yang saat ini mencapai 8,5 persen, katanya. Apalagi investor asing menilai, Indonesia masih merupakan lahan yang menarik untuk mencari usaha, katanya. Ditanya apabila rupiah melemah di atas level Rp9.000 per dolar AS, menurut dia, tidak masalah, karena faktor fundamental ekonomi yang membaik merupakan salah satu alasan bahwa rupiah masih akan stabil sekalipun berada di level Rp9.100 per dolar AS. Cadangan devisa Indonesia yang dimiliki Bank Indonesia (BI) cukup besar mampu menahan gejolak rupiah untuk tidak menembus level Rp9.100 per dolar AS melihat investasi asing ke pasar domestik meningkat. "Namun masalahnya BI menginginkan rupiah berada di atas level Rp.9000 per dolar AS, karena pada level tersebut kepentingan baik eksportir maupun importir akan dapat terpenuhi," tuturnya. Ia mengatakan, pemerintah harus bisa menjaga bagaimana arus masuk asing itu bisa bertahan lama bermain di pasar, karena tanpa usaha lain maka mereka dikhawatirkan akan kembali mencari tempat investasi lain yang lebih baik. Paket kebijakan ekonomi II yang sudah dikeluarkan memang belum bisa menunjukkan hasilnya. Hasilnya baru dapat diterima dalam jangka enam bulan bahkan satu tahun. Pemerintah harus bisa menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam waktu cepat sehingga mereka merasa nyaman dan aman dalam melakukan kegiatan usahanya, tuturnya. Mengenai rupiah mencapai Rp8.500, ia mengatakan, bisa saja rupiah mencapai level tersebut namun waktunya cukup lama dan ini akan membuat BI kembali masuk pasar menekan rupiah. "Kita lihat saja, apakah arus modal asing yang masuk makin besar dan bank sentral AS (The Fed) yang berencana menaikkan suku bunganya bisa terjadi," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007