Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah RI melalui Departemen Pertanian tengah mendekati investor Arab Saudi untuk menanamkan modalnya dalam program merevitalisasi pabrik gula (PG) di tanah air yang memerlukan pendanaan hingga Rp5 triliun. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Deptan, Djoko Said Damardjati di Jakarta, Senin, mengatakan, banyak pabrik gula di dalam negeri yang memerlukan peremajaan atau revitalisasi. "Pengusaha dari Arab Saudi rupanya tertarik untuk menanamkan modal dalam pengembangan pabrik gula di sini," katanya ketika menjelaskan hasil kunjungannya ke negara tersebut beberapa hari lalu. Menurut dia, pemerintah menawarkan investasi pengembangan pabrik gula kepada investor Arab Saudi karena peluang ekonominya masih sangat terbuka lebar. Peluang itu, tambahnya, juga ditunjang dengan sudah tersedianya PG, target pemasaran yang jelas dari produsen-produsen gula nasional, serta lahan perkebunan tebu yang masih terhampar luas. Namun, sebagian besar kondisi PG yang ada saat ini sudah berumur tua sehingga rendeman dari hasil pengolahan tebu menjadi gula masih sangat rendah serta perlu adanya upaya perbaikan pabrik-pabrik tersebut. "Kita sudah mempunyai pabrik gula serta pemasaran yang jelas,namun Indonesia kekurangan dukungan modal," katanya. Menanggapi penawaran pemerintah RI, menurut Djoko, investor Arab Saudi pada dasarnya berminat untuk menanamkan modal bagi pengembangan PG di Indonesia. Namun umumnya mereka masih mempertanyakan kesiapan pemerintah dalam mendukung kegiatan usaha di bidang pertanian, khususnya komoditas gula, jika mereka menanamkan modalnya di Indonesia. Dukungan yang diharapkan dapat diberikan itu adalah keamanan terhadap lahan perkebunan dan pabrik yang dimiliki, kelengkapan infrastruktur seperti jalan dan saluran irigasi. Selain itu kemudahan pengiriman modal melalui banking system, serta keterjaminan keamanan dari aparat pemerintah. Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan, revitalisasi 52 PG dengan anggaran sebesar Rp 5 triliun akan direalisasikan dalam dua tahun mendatang. Menurut Wapres, upaya tersebut perlu segera dilakukan karena mesin-mesin PG di tanah air sudah sangat tua, rata-rata berumur 150 tahun. Program revitalisasi diharapkan mampu meningkatkan rendemen tebu sehingga bisa menambah produksi gula nasional antara 30-40 persen. Industri gula nasional, ujar Wapres, nantinya menjadi sangat terbuka, yang akan menerima investor dari dalam maupun luar negeri. Hal itu dilakukan agar industri gula Indonesia mampu mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain seperti Tiongkok, India, Brasil, dan Australia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007