Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Dewan Keamanan, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, maupun Misi Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengutuk keras serangan bom di Lebanon selatan pada Minggu (24/6), yang menewaskan enam tentara asal Spanyol dan melukai dua lainnya. Sementara itu, pasukan Indonesia Kontingen Garuda XXIII-A yang berada satu sektor dengan Spanyol, dilaporkan seluruhnya dalam keadaan selamat dan terus meningkatkan kewaspadaan. Dalam pernyataan yang dibacakan Duta Besar Belgia --yang negaranya sedang menjadi Presiden Dewan Keamanan untuk bulan Juni-- di Markas Besar PBB, New York, Senin, Dewan Keamanan mengutuk keras serangan bom. Selain itu, dewan yang beranggotakan 15 negara tersebut --termasuk Indonesia-- juga menegaskan dukungan penuh mereka bagi UNIFIL dalam menjalankan mandatnya membantu penerapan resolusi PBB yang berupaya mengakhiri konflik bersenjata antara militer Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon. "Negara-negara anggota (Dewan Keamanan) meminta semua pihak di Lebanon untuk mematuhi secara cermat kewajiban untuk menghormati keamanan petugas UNIFIL dan badan-badan PBB lainnya," kata Dubes Belgia untuk PBB, Johan Verbeke. Sementara itu, dalam pernyataan yang dikeluarkan di Paris, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan dirinya sangat sedih dengan terjadinya serangan tersebut dan meminta dilakukannya penyelidikan penuh terhadap "insiden yang sangat mengganggu ini". Ban mencatat bahwa sistuasi di Lebanon saat ini dalam keadaan rawan dan menekankan pentingnya UNIFIL membantu stabilitas di negara tersebut. Ia juga mengatakan serangan yang diarahkan kepada para anggota misi penjaga perdamaian sebagai upaya merusak perdamaian dan keamanan di kawasan maupun upaya Lebanon dan masyarakat internasional dalam menciptakan situasi stabil di Lebanon selatan. Komandan UNIFIL Mayor Jenderal Claudio Graziano menyebut serangan bom tersebut sebagai insiden paling serius sejak berakhirnya konflik bersenjata Israel-Hizbullah tahun lalu. Ia menegaskan bahwa semua pasukan UNIFIL akan tetap melaksanakan tugas-tuga misi PBB di Lebanon. Menurut catatan PBB, insiden pemboman menewaskan enam personil pasukan Spayol tersebut terjadi pada hari Minggu pukul 17.30 waktu setempat di dekat kota Khiyam --yang berada di Sektor Timur wilayah operasi UNIFIL-- ketika para anggota misi asal Spanyol dan Kolumbia sedang mengadakan patroli. Sementara menurut laporan media yang mengutip militer Lebanon, ledakan disebabkan oleh bom mobil yang dipicu oleh kendali jarak jauh saat kendaraan yang ditumpangi para korban melintas di jalan raya. Tentang kondisi pasukan Indonesia, Penasehat Militer pada Perwakilan Tetap RI untuk PBB-New York, Laksamana Pertama TNI I Putu Adnyana, mengungkapkan tidak ada satu personil pun yang terkena dampak insiden pemboman. Namun, ujar Putu, sesuai arahan UNIFIL, maka pasukan Indonesia saat ini terus meningkatkan kewaspadaan dalam mengikuti standar dan prosedur patrol, mengingat status keamanan di Sektor Timur saat ini berada pada tingkat `high black`. ` High black` adalah kode yang dipakai PBB untuk menunjukkan telah terjadi serangan. Kode lainnya yang biasa dipakai adalah `significant red` (telah terjadi peristiwa yang membahayakan); `medium yellow` (situasi cenderung tegang, tapi kegiatan operasi tidak terpengaruh); dan `low green` (ada ancaman biasa tapi tidak dapat diprediksi). "Mereka diminta lebih waspada dalam berpatroli, misalnya jika melihat kerumunan orang atau kendaraan-kendaraan yang melintas," kata Putu ketika dihubungi ANTARA. Konga XXIII-A yang terdiri atas 850 personil, bertugas di Lebanon Selatan dan ditempatkan di Sektor Timur Garis Biru, yaitu satu sektor dengan kontingen dari Spanyol, India, dan dan Nepal. Di Sektor Timur, pasukan Indonesia tersebar di titik wilayah, yaitu markas batalion Indonesia beserta tiga kompi berada di Adhsit al Qusayr; satu kompi di El Adeisse UN-963; dan satu kompi lainnya di UN 8-33 --atau yang kerap disebut Posisi PBB di Syeh Abad Tomb dan berbatasan langsung dengan menara pengawasan Israel.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007