New Delhi (ANTARA News) – Keinginan para orangtua di India untuk memiliki anak laki-laki telah menghadirkan sekitar 21 juta anak perempuan yang "tidak diinginan" karena pasangan terus memiliki anak sampai mereka memiliki putra menurut laporan pemerintah pada Senin (29/1).

Orangtua di India secara historis menginginkan anak laki-laki, yang dianggap sebagai tulang punggung dan pewaris keluarga. Sementara anak-anak perempuan sering dianggap sebagai beban finansial di negara tempat tradisi mahar masih bertahan itu.

Walaupun program pemilihan jenis kelamin bayi bertentangan dengan hukum, aborsi ilegal karena gender dituduh menjadi penyebab hadirnya rasio 940 perempuan untuk setiap 1.000 laki-laki dalam sensus terakhir.

Namun, banyak pasangan terus memiliki anak sampai mereka mendapatkan jumlah anak laki-laki sesuai keinginan mereka, kata pemerintah dalam laporan survei ekonomi tahunannya.

"Keluarga-keluarga yang memiliki seorang anak lelaki kemungkinan besar akan berhenti memiliki anak dibandingkan dengan keluarga yang memiliki anak perempuan. Ini menunjukkan orangtua memakai ‘aturan memberhentikan’, punya anak sampai mendapat seorang putra dan setelahnya berhenti,” katanya.

Pasangan-pasangan, terutama perempuan, di India menghadapi tekanan besar untuk memberikan anak laki-laki dan banyak keluarga di desa tidak menyekolahkan anak perempuan, namun menikahkan mereka saat masih muda.

Namun laporan pemerintah menyebutkan bahwa preferensi India untuk anak lelaki tampaknya "ditanamkan untuk berkembang", sehingga bahkan keluarga-keluarga kaya pun tidak kebal darinya.

Aborsi ilegal karena jenis kelamin janin masih merajalela di seluruh kelompok sosial dan ekonomi di negara itu menurut beberapa studi.

Studi tahun 2011 yang disiarkan dalam jurnal medis Inggris, The Lancet, mendapati bahwa sampai 12 juta anak perempuan telah diaborsi dalam tiga dekade terakhir di India, demikian menurut siaran AFP. (mu)


Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018