Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah, Jumat pagi, melemah tipis tujuh poin menjadi Rp9.047/9.058 per dolar AS, dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya pada Rp9.040/9.051. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar berspekulasi membeli dolar AS, sehubungan mereka merasa khawatir memegang rupiah dalam waktu lama. Kekhawatiran itu juga dipicu oleh keputusan Bank Sentral AS (The Fed) yang tidak jadi menaikkan suku bunganya, katanya. Bahkan, lanjutnya, Bank Sentral Jepang (BoJ) yang menunda kenaikan suku bunganya mengakibatkan yen melemah yang memberikan sentimen negatif terhadap rupiah. Pasar sebelumnya memperkirakan BoJ akan menaikkan suku bunganya dari 0,50 persen menjadi 0,75 persen. Penyebab lainnya melemah yen, melemahnya indeks harga konsumen Jepang 0,1 persen dibanding awal tahun mendorong pelaku asing aktif melepas yen, ucapnya. Rupiah, menurut dia, sepanjang pekan ini dilanda oleh sentimen negatif, sehingga posisinya masih di atas level Rp9.000 per dolar AS, meski sempat menguat pada hari sebelumnya. Kenaikan rupiah pada hari Kamis (27/6) juga karena pelaku pasar melakukan aksi lepas dolar AS untuk mencari untung, ucapnya. Menurut dia, merosotnya rupiah juga karena aliran dana asing yang masuk ke pasar domestik dinilai berisiko tinggi, karena sewaktu-waktu bisa saja dana itu dialihkan ke tempat lain melihat potensi pasarnya mulai berkurang. Karena, pelaku pasar asing mulai melakukan konsolidasi untuk mengantisipasi agar tidak menimbulkan risiko yang besar, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen dan euro bertahan, setelah The Fed (Bank Sentral AS) menyatakan kekhawatirannya mengenai tekanan harga obligasi dan inflasi. Karena itu, The Fed diperkirakan untuk sementara masih akan menaikkan tingkat suku bunganya, katanya.

Copyright © ANTARA 2007