Tangerang (ANTARA News) - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan menurunkan jumlah BUMN yang ada saat ini dari 139 menjadi 102 untuk meningkatkan efektivitas kinerjanya secara keseluruhan. "Pada tahun 2007 ini jumlah BUMN akan kita kurangi menjadi 102. Tetapi, Pak Menteri meminta kalau bisa di bawah 100," kata Deputi Menteri Negara (Menneg) BUMN Bidang Privatisasi, Mahmuddin Yasin, dalam diskusi panel di Karawaci, Tangerang, Jumat. Pak Menteri yang dimaksudnya adalah Menneg BUMN, Sofyan Djalil. Dijelaskan Yasin, beberapa program, seperti pembentukan "holding", konsolidasi dan "merger" tengah dikaji untuk menurunkan jumlah BUMN tersebut. "Prosesnya akan dipercepat sehingga tahun ini pengurangan jumlah BUMN bisa dilakukan," katanya. Yasin mencontohkan, BUMN yang akan dibentuk holding adalah BUMN perkebunan yang jumlahnya saat ini mencapai 14 perusahaan, dan BUMN pertambangan. Pengurangan jumlah BUMN ini, menurut Yasin, merupakan bagian dari program menentukan ukuran yang tepat (right sizing) yang akan terus dilakukan hingga mencapai besaran yang efisien dan efektif dalam pengelolaan bisnis oleh BUMN. Selain itu, menurut dia, dengan membandingkan negara-negara tetangga, perlu dikaji untuk membentuk perusahaan-perusahaan BUMN unggulan yang dapat berkiprah di ajang regional dan internasional. Skenario "rightsizing" yang telah disiapkan Kantor Menneg BUMN untuk tahun 2008 diciutkan menjadi 87. Tahun 2009 menjadi 69 BUMN, tahun 2012 - 2015 menjadi 50 BUMN dan setelah 2015 menjadi 25 BUMN. Dijelaskannya, dari 139 BUMN yang ada hanya 22 BUMN yang menguasai 92 persen aset, ekuitas dan penjualan serta 80 persen laba bersih, sementara sisanya belum memiliki peran ekonomi yang cukup, bahkan sekitar 40 bank mengalami kerugian dalam dua - tiga tahun belakangan ini. Pada tahun 2006 jumlah BUMN yang menyumbang dividen sebanyak 90 BUMN, dengan jumlah dividen Rp21,4 triliun. Sementara itu, untuk tingkat kesehatan, 83 BUMN masuk kategori sehat sekali dan sehat, sementara 56 BUMN masuk kategori kurang atau tidak sehat. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007