Jakarta (ANTARA News) - Ratusan anak bersama orang tuanya tampak antusias menyaksikan operet anak-anak "Bobumba" yang dibintangi Nadine Chandrawinata, Darius Sinathrya, dan Sita Nursanti di Balai Sidang Jakarta, Sabtu. Anak-anak menari mengikuti alunan musik, orang tua bertepuk tangan, sementara di atas panggung belasan pemain operet dengan kostum aneka warna menyanyi dan bergoyang. Operet kolosal "Bobumba" yang merupakan sajian dari majalah anak-anak Bobo ini disutradarai Ari Tulang dan musiknya digarap oleh Purwacaraka ini. Pertunjukan ini seolah mengajak anak-anak berjalan-jalan dan menyelam ke dunia bawah laut. Maka yang tersaji di atas panggung adalah ombak yang menggulung, gubug-gubug di pinggir pantai, bermacam ikan aneka warna, bintang laut, ubur-ubur, kuda laut, bahkan bahkan gurita raksasa yang bernama "Bobumba". Operet yang biasa disebut dengan Operet Bobo ini sebelumnya telah beberapa kali digelar dengan tema berbeda. Pada 2004, operet Bobo di gelar di Jakarta dengan judul Misteri Naga Ungu, Rahasia Pika-Pika Kuro pada 2003, dan Penculikan Pangeran Pollux pada 2005. Seorang ibu, Heni (35) yang datang bersama dua anaknya mengaku terhibur dengan operet "Bobumba", selain karena bahasa yang digunakan mudah dimengerti, juga terdapat pesan-pesan moral yang disisipkan dalam dialog para pemain. Sementara seorang penonton dari Bekasi, Hendra (36) menilai Operet Bobo kali ini lebih bagus dibandingkan tahun 2005 lalu, sebab dalam pertunjukan kali ini para pemain sangat komunikatif dengan mengajak anak-anak berbicara. "Tapi sayangnya tokoh Bobo yang sebenarnya disukai anak-anak hanya muncul sedikit dalam pementasan ini, terkesan hanya sebagai pelengkap saja. Padahal boneka Bobo yang paling ditunggu anak-anak," katanya. Operet "Bobumba" kali ini mengisahkan tentang Bobo, Coreng, Upik, dan Paman Gembul yang bertualang ke Pulau Bobumba dan menyelam ke dasar laut. Bersama Oki dan Nirmala dari Negeri Dongeng, mereka menolong Ratu Peri Laut yang berusaha mempertahankan Mutiara Hitam Sakti dari ancaman Hoga Doga dan pasukan Pika-pika Kuro. Pertunjukan selama kurang lebih 90 menit ini kuat dalam membangun setting panggung yang megah dan menghadirkan suasana bawah laut dengan tiruan ombak yang terus bergerak, para penari yang mengenakan kostum warna-warni, serta kekuatan efek tata cahaya yang membuat pemandangan bawah laut itu menjadi lebih "hidup".(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007