Jakarta (ANTARA News) - Insiden penyusupan kelompok Republik Maluku Selatan (RMS) saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon, pekan lalu, menunjukkan bahwa kelompok separatis masih menjadi ancaman serius Negara Kesatuan RI (NKRI) dan dalam kaitan ini aparat keamanan diingatkan untuk tidak lengah. Pernyataan itu disampaikan anggota Komisi I DPR Dr Yuddy Crisnandy (Golkar), Effendy Choirie (PKB) serta Ketua Fraksi PAN DPR Zukifli Hasan di Jakarta, Minggu, terkait aksi provokasi kelompok RMS di hadapan Presiden. Yuddy mengemukakan, aksi yang terang-terangan itu juga menunjukkan bahwa kelompok separatis, terutama RMS, semakin memiliki keberanian dan tidak ragu lagi melakukan tindakan pengacauan. "Kita berharap insiden itu menjadi bahan evaluasi terhadap sistem keamanan kita dan juga kinerja intelijen," katanya. Insiden di Maluku itu, menurut Yuddy, tidak bisa dibiarkan terjadi lagi. Aparat harus melakukan penjagaan lebih ketat dalam setiap kegiatan kenegaraan. "Kami betul-betul mempertanyakan mengapa aksi seperti itu bisa lolos. Karena itu, sistem pengamanan untuk setiap kegiatan kenegaraan harus dievaluasi," katanya. Effendy Choiri yang juga Ketua FKB DPR RI mendesak dilakukan peningkatan kerja intelijen mengingat aksi separatis sudah sedmikian berani dan terang-terangan. "Mungkin intelijen sudah mendeteksi, tetapi penindakan terhadap pihak-pihak yang melakukan gangguan keamanan itu `kan ada di aparat terkait, seperti polisi dan tentara," katanya. Sementara Zulkifli mengemukakan, insiden itu harus diusut tuntas dan para pelakunya harus ditindak tegas. Namun pihaknya juga mempertanyakan lemahnya pengamanan kegiatan Presiden dalam kunjungan itu sehingga terjadi penyusupan oleh sekelompok orang tidak diundang.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007