Bangkok (ANTARA News) - Thailand, negara terdepan dalam sepak bola Asia Tenggara, ingin meraih sukses di tingkat kontinental, dengan memanfaatkan bermain di kandang sendiri untuk memugkinkan mereka mencapai babak sistem gugur di Piala Asia. Thailand sudah enam kali lolos ke Piala Asia, tapi kecuali di tempat ketiga pada 1972, mereka tidak pernah melebihi putaran pertama, termasuk finis di dasar grup mereka pada turnamen terakhir di China setelah kalah dari negara itu usai ditaklukkan Oman, Jepang dan Iran. Bergabung dalam grup maut bersama tim favorit Australia, Irak dan Oman, penonton tuan rumah akan mendapat 'pemain ekstra', tapi mereka masih akan kesulitan mewujudkan impian. Untuk pertama kalinya pada 1990-an, Thailand terlihat akan menjadi tim pertama dari Asia Tenggara yang akan masuk dalam kelompok elit kontinental setelah meraih hasil bagus di tingkat klub dan internasional. Tapi ketika menghadapi pertandingan penting, Thailand tak mampu meningkatkan permainan. Di Piala Dunia khususnya, Thailand tampil kurang mengesankan. Mereka belum pernah melebihi babak penyisihan dalam tujuh kali usaha sejak 1974, dan Piala Asia juga mengecewakan. Kekuatan Thailand adalah kecepatan dalam serangan balasan dengan Dutsakorn Thonglao merupakan kekuatan paling kreatif dan spesialis bola mati, sementara striker Teeratep Winothai mampu membuat kejutan. Sejak memulai debut internasionalnya dua tahun lalu, Teeratep yang berusia 21 tahun menjadi bintang besar di Thailand dan bahkan pernah bermain sebentar bersama Crystal Palace. Selebriti lainnya adalah pemain depan Kiatisuk Senamuang, dikenal dengan julukan Zico di negara gilas bola Thailand karena gaya bermainnya. Dia sudah tampil lebih dari 100 untuk tim nasional dan mencetak 60 gol. Jika dia fit, mantan striker Huddersfield Town itu akan memberi inspirasi yang diperlukan Thailand meski ukuran tubuhnya yang kurang tinggi akan jsdi kendala, tidak hanya dalam menyerang tapi juga di bagian belakang. Mereka mengawali kompetisi melawan Irak Sabtu, menyusul pelatihan di Jerman dengan serangkaian pertandingan persahabatan pemanasan. Menang mengejutkan atas Cina pada pertengahan Mei merupakan hal penting untuk menambah kepercayaan diri tapi kembali terhempas ke bumi dengan kekalahan 3-1 dari Belanda sebelum sukses dalam pelatihan di Jerman dimana mereka tiga kali menundukkan tim kurang kuat setempat. Mereka bermain 45 menit lawan Qatar Sabtu sebelum dihentikan karena lapangan banjir saat skor imbang 1-1. "Mereka sekarang sangat fit," kata pelatih Chanvit Pholchivin tentang pemainnya, seperti dilaporkan AFP. "Pelatihan amat bermanfaat dan kami banyak belajar. Chanvit tetap populer di Thailand, meski komitmennya diragukan setelah dia berencana mengikat kontrak pada bulan Maret dengan sebuah klub di Vietnam. Pada waktu itu dia dapat kritikan luas setelah mengungkapkan satu-satunya alasan yang menyebabkan dia gagal menandatangani konrak adalah karena tim tidak segera menyetujui permintaan tambahan sebesar 114.000 dolar AS. (*)

Copyright © ANTARA 2007