London (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Slamet Soebijanto menghadiri acara serah terima korvet yang dibeli dari Royal Schelde Nederland oleh pemerintah RI dan sekaligus peresmian KRI Diponegoro sebagai kapal perang Republik Indonesia. Acara yang disiarkan langsung Radio Nederland Wereldomroep (RNW), Senin siang, dari galangan kapal Royal Schelde di Vlissingen, Belanda baratdaya, itu dilakukan secara sederhana dan khidmat. Acara penandatangan "Protocol of Delivery" (upacara pelepasan) dilakukan langsung Laksamana TNI Slamet Soebijanto mewakili Pemerintah Indonesia. "Dengan mengucapkan Bismillah, korvet resmi menjadi KRI Diponegoro," ujar Slamet Soebijanto, yang dalam pidatonya mengakui meskipun pemerintah dalam keterbatasan dana, masih mampu untuk melengkapi armada kapal perangnya. Letkol Laut Arsyad Abdullah, yang dilantik sebagai komandan pertama dari korvet sigma KRI Diponegoro menyatakan kebanggaan dan juga tanggungjawab yang dibebankan kepadanya dan mengatakan KRI Diponegoro merupakan kapal perang yang termoderen yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Dikatakannya sebelum diberangkatkan akan dilakukan pelatihan, dan bahkan anak buah KRI Diponegoro juga melakukan kursus selama lima bulan. Menurut Arsyad Abdullah yang pernah ikut dalam operasi penjagaan perbatasan di kawasan Ambalat belum bisa memastikan kapan persisnya KRI Diponegoro melaut ke Indonesia, namun diperkirakan korvet sigma berangkat ke tanah air akhir Juli ini. Dalam perjalanan ke Indonesia KRI Diponegoro yang bernomor lambung 365 akan menyinggahi enam negara, yakni Malaga di Spanyol, Napoli di Italia, Jeddah (Arab Saudi), Jiboto dan Goa di India sebelum singgah di Padang, Sumbar, dan Jakarta yang akhirnya ditambatkan di Surabaya. Diakuinya dengan adanya KRI Diponegoro diharapkan akan dapat menyeimbangkan kekuatan laut Indonesia dengan negara tetangga Malaysia. Pemesanan kapal tempur dari Royal Schelde Belanda seharga sekitar 139 juta euro tau sekitar Rp1,7 triliun itu per unit, menurut Radio Belanda paling tidak menunjukkan ada pandangan baru dari pemerintah Indonesia. Dua korvet sigma Indonesia itu diberi nama KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin pada September lalu, KRI Diponegoro jadi korvet pertama yang resmi diserahterimakan pada Senin (2/7), sementara dua korvet lainnya selesai bertahap hingga tahun 2009. KRI Diponegoro juga akan mengikuti pameran kapal perang dalam hari nasional Angkatan Laut Belanda pada tanggal 13 sampai 15 Juli mendatang. Komandan Satgas pengadaan korvet Indonesia Kolonel Laut Agus Purwoto melaporkan proses pembuatan kapal mulai dari persiapan hingga dilakukannya uji kelayakan. "Korvet kelas ini tak pernah dibuat sebelumnya. Jadi ini benar-benar baru," ujarnya. Korvet jenis kapal perang sedikit dibawah fregat dimasukan kategori sebagai kapal patroli yang mampu melakukan operasi sergap dan serbu secara mandiri. Kode SIGMA merupakan singkatan dari Ship Integrated Geometrical Modularity Approach terjemahan bebas kapal dengan pendekatan terpadu dengan berat 1700 ton, panjang 90,71 meter. Korvet berkecepatan maksimal 28 knots, dengan jarak jelajah sekitar 540 km dengan kecepatan rata-rata 18 knots. Menurut sumber Royal Schelde Belanda, Korvet dipersenjatai dengan 2x4 rudal anti serangan udara Mistral Tetral; empat rudal permukaan Exocet; meriam Oto Melara 76 mm dek depan, samping kanan kiri 20 mm; dua seluncur torpedo; komputerisasi persenjataan Thales Tacticos; radar tiga dimensi, radar pelacak Lirod Mk dua dan sonar Thales Kinglip aktif-pasif. Sistem penghindar serangan Thales DR3000 dan Terma SKWS. Dalam acara penyerahan KRI Diponegoro yang dilakukan dalam acara sederhana itu juga dilakukan doa bersama dan melantumkan Andika Bayangkari serta peninjauan ke Kapal KRI Diponegoro. (*)

Copyright © ANTARA 2007