Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan mendorong peningkatan produksi susu lokal untuk mengurangi ketergantungan pasokan susu impor, kata Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurthi. "Dalam jangka panjang, harus ada repopulasi (sapi perah)," katanya usai rapat membahas kenaikan harga susu di Departemen Perdagangan, Jakarta, Selasa. Rapat itu diikuti oleh pelaku industri pengolahan susu antara lain Nestle dan Indomilk serta Ditjen Perternakan Departemen Pertanian. Selama beberapa tahun terakhir, jumlah sapi perah mengalami penurunan, namun sejak 2003-2004 populasi sapi perah stabil sekitar 380 ribu - 400 ribu ekor. "Tapi kondisi ini mengisyaratkan untuk mendorong repopulasi (sapi perah)," ujarnya. Kondisi tersebut menyebabkan, industri pengolahan susu mengimpor 70 persen bahan baku produk susunya. Padahal, sekitar tahun 1980-an komposisi pasokan bahan baku susu impor dan dalam negeri hampir 50 banding 50. Produksi susu dalam negeri baru mencapai 1,2 juta liter per hari. Meski konsumsi susu Indonesia masih paling rendah di dunia yaitu tujuh liter per tahun per orang, pasokan bahan baku susu dalam negeri baru mencukupi 30 persen kebutuhan industri pengolahan susu. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, pemerintah melalui departemen teknis terkait akan melaksanakan program untuk mendorong sektor peternakan sapi perah dan pengolahan susu. "Pemerintah sangat mendorong kemitraan dan mengundang para investor dalam sektor peternakan sapi perah dan produksi susu dalam negeri," katanya. Selama Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa full cream milk powder impor naik dari 2.900 dolar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton. "Kenaikan ini tidak berarti langsung menaikkan harga susu di tingkat eceran dalam negeri. Departemen Perdagangan dan asosiasi ritel mencatat kenaikan hanya 5-10 persen dalam enam bulan terakhir," kata Bayu Krisnamurthi. Menurut dia, porsi belanja susu terhadap total pengeluaran masyarakat hanya 0,5 persen. Jadi, pengaruhnya relatif sangat kecil. "Tapi memang yang harus dicermati adalah bayi di bawah tiga tahun (enam bulan hingga tiga tahun) yang membutuhkan susu formula atau tambahan, jumlahnya sekitar 20 persen,"ujarnya. Karena itu, untuk kebijakan jangka pendeknya, pemerintah akan mengkoordinasikan pemberian susu tambahan untuk batita (bayi umur enam bulan - tiga tahun) bagi masyarakat yang berpendapatan rendah. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007