Jakarta (ANTARA News) - Wakil Dirut Bank BCA, Aswin Wiryadi, mengatakan bahwa simpanan dalam dolar Amerika Serikat (AS) pada Juni 2007 naik menjadi sekitar Rp14 triliun atau naik 55,5 persen dari periode yang sama tahun lalu, sekitar Rp9 triliun. "Sekarang banyak orang yang menyimpan dalam mata uang ini. Jumlahnya lumayan. Orang melihat karena beda antara bunga dalam rupiah dan dolar AS tidak jauh beda, mereka menaruh dalam dolar lagi," katanya di Jakarta, Selasa. Aswin menhemukakan, meski dana simpanan tersebut berasal dari korporasi dan individu, kebanyakan merupakan korporasi dalam negeri. "Kalau korporasi asing kebanyakan lari ke bank asing," ujarnya. Menurut dia, jika dibandingkan dengan dana pihak ketiga secara total, maka porsi simpanan dalam dolar AS adalah sekitar 10 persen. "Pada akhir 2006, DPK atau Dana Pihak Ketiga mencapai sekitar Rp150 triliun. Dana dalam dolar AS waktu itu Rp12-13 triliun. Jadi kecil, kurang dari sekitar 10 persen," katanya. Dijelaskan Aswin, dari Rp14 triliun simpanan dalam dolar AS, pihaknya hanya mengalokasikan 55 persen untuk pinjaman. "Jadi, meskipun kita punya Rp14 triliun tidak mungkin kita kasih total segitu. Tetap ada cadangan kas sekitar 40 persen," ujarnya. Menghadapi kemungkinan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate), Aswin menjelaskan, BI tidak mungkin menurunkannya mendekati suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat/AS (The Fed) yang 5,25 persen karena hal itu justru akan menyebabkan terjadinya "capital outflow". "Kemarin kan keluar angka-angka indikasi dari AS yang sangat positif, termasuk pertumbuhan ekonomi segala macam sehingga kemungkinan `interest rate` (suku bunga) AS akan tetap. Kalau tetap 5,25 persen, ya kita enggak akan pernah sampai dekat-dekat 5,25 persen itu karena nanti rupiahnya lari keluar. Padahal, inflasi di AS itu kalau tidak salah sekitar 2 persen. Sementara di Indonesia kita bicara 6-7 persen," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007