Surabaya (ANTARA News) - Kenaikan harga susu karena pengaruh global saat ini cukup sulit dikendalikan, karena pemerintah hingga kini belum memiliki instrumen untuk itu. "Tidak seperti komoditi lain, beras, misalnya, kita bisa melakukan operasi pasar," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Propinsi (Pemprop) Jatim, Cipto Budiono, di Surabaya, Rabu. Namun demikian, Cipto yang ditemui usai Dialog Terbuka yang digelar pengurus Gafeksi/Infa Jatim, meminta masyarakat tidak panik (panic buying) menanggapi kenaikan harga susu saat ini, agar kenaikan itu tidak semakin tinggi. Menurut dia, kenaikan harga susu di pasar dalam negeri saat ini karena pengaruh global, yakni naiknya harga susu di pasar dunia dari 2.900 dolar AS menjadi 4.500 dolar per ton sejak Januari hingga Juli 2007. Hal itu, lanjutnya, dampak musim kemarau di Australia, sehingga produksi susu di negara tersebut dan juga Selandia Baru turun. Selain itu, permintaan China kini juga cenderung meningkat, sedangkan India menghentikan ekspor susunya. Cipto mengemukakan, dari sisi industri susu, 80 persen produksi merupakan bahan baku, 10 persen untuk kemasan (packaging) dan 10 persen lainnya merupakan "overhead cost" atau lain-lain. Jadi, industri susu saat ini tidak bisa berbuat banyak menghadapi kenaikan harga susu, karena pabrik susu hanya bisa "memainkan" biaya produksi dari "overhead cost" saja. Bahkan, ia memperkirakan, jika kenaikan harga susu di pasar dunia meningkat lagi, pabrik susu diperkirakan juga akan meningkatkan lagi harga produknya hingga 10-15 persen dari saat ini berkisar 3-5 persen. Menurut dia, persaingan antar produsen susu sendiri sebenarnya saat ini sangat ketat. Tapi, kenaikan harga bahan baku susu di pasar dunia yang cukup besar, akhirnya berdampak juga terhadap naiknya harga produk susu di pasaran. Sementara itu, harga susu segar (fresh milk) di Jatim, dengan naiknya harga susu di pasaran dunia juga mulai meningkat antara Rp300-400 per liter dari biasanya berskisar Rp3.000 hingga Rp4.000 per liter.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007