Palu (ANTARA News) - Sekira 10.000 hingga 15.000 hektare (ha) dari lebih 600.000 ha hutan bakau (mangrove) di wilayah pantai Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) musnah setiap tahunnya, akibat penebangan tidak beraturan dan terus-menerus yang dilakukan masyarakat. "Mereka biasanya menebang pohon mangrove untuk berbagai kebutuhan, namun tidak diimbangi dengan penanaman kembali bibit yang baru jatuh ke tanah," kata Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Palu Poso Dinas Kehutanan (Dishut) Sulteng, Sri Sayuto, di Palu, Rabu. Dia mengatakan, tanaman mangrove yang ditebangi itu biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk disamak kulitnya guna dijadikan kayu bakar, batangnya dijadikan arang untuk dijual, bahan bangunan rumah, serta sebagian lagi untuk keperluan bahan kosmetik. Memang, katanya, arang dari kayu mangrove sangat baik kualitasnya karena mampu menghasilkan energi panas sangat tinggi jika dibandingkan dari arang kayu biasa, namun tindakan ini sangat merusak lingkungan apabila tidak disertai dengan reboisasi kembali. Sri Sayuto juga mengatakan, pembabatan hutan mangrove juga dilakukan untuk membuat lahan tambak yang luasnya berhektar-hektar. "Jadi, kalau berbagai kegiatan tersebut terus dilakukan, bisa jadi dalam waktu dekat seluruh hutan mangrove di Provinsi Sulteng akan punah," ujarnya. Menurut Sayuto, keberadaan mangrove sangat penting karena berfungsi meredam gempuran ombak yang bisa menimbulkan abrasi, selain menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai jenis ikan dan molusca. "Kalau tidak ada mangrove tanah dan jalan bisa longsor," ujarnya. Ia menambahkan, bahkan hutan mangrove berfungsi untuk menahan laju tsunami yang muncul akibat gempa dahsyat. Ia mengatakan, untuk menghindari meluasnya perusakan kawasan hutan mangrove di Provinsi Sulteng, pemerintah daerah bekerjasama dengan lembaga-lembaga masyarakat perlu meningkatkan penyuluhan, selain terus menggencarkan penanaman kembali bibit bakau di wilayah pesisir pantai. "Instansi kami juga mulai melibatkan masyarakat sekitar dalam penyelamatan hutan mangrove baik dalam penyuluhan maupun penanaman kembali bibit di kawasan yang rusak," kata dia. Bahkan, BP DAS pada tahun anggaran 2007 merencanakan menanam sekitar 25.000 pohon bakau di arel seluas lima hektar dengan lokasi sepanjang pantai di pinggiran jalan Palu-Donggala. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007