Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat tipis sebesar empat poin menjadi Rp13.648 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.652 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta, Senin mengatakan bahwa dolar AS cenderung bergerak melemah terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah seiring dengan pelaku pasar yang bersikap menunggu testimoni Ketua Fed Jerome Powell.

"Powell akan melakukan testimoni pertama di depan Kongres Amerika Serikat untuk mendapatkan petunjuk mengenai kecepatan pengetatan moneter di Amerika Serikat," katanya.

Ia menambahkan bahwa sentimen risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan lalu yang "hawkish" juga cenderung mulai mereda. Sebagian pelaku pasar uang mulai melakukan price in terhadap sentimen kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini.

Di sisi lain, lanjut dia, harga komoditas minyak yang stabil di atas level 60 dolar AS per barel turut menjadi salah satu faktor yang menjaga fluktuasi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI  berada di posisi 63,57 dolar AS per barel, dan jenis Brent Crude di posisi 67,30 dolar AS per barel.

Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menambahkan bahwa apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS seiring dengan adanya sentimen positif dari pertumbuhan kredit perbankan hingga Januari yang telah tumbuh 7 persen secara tahunan.

"Penyaluran kredit yang meningkat dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang akhirnya berdampak pada apresiasi rupiah," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (26/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.659 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.670 per dolar AS. 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018