Sdyney (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat gempa bumi paling dahsyat yang mengguncang Papua New Guinea dalam kurun hampir satu abad terakhir ini, telah melonjak menjadi 31 orang dan kemungkinan besar akan terus bertambah, kata para pejabat setempat seperti dikutip Reuters.

Gempa bumi mahadahsyat berkekuatan 7,65 Magnitudo itu telah merusak jalan-jalan, landasan pacu pesawat dan jaringan telepon sehingga memperlambat upaya penyelamatan.

Dusun-dusun terpencil yang berada paling dekat ke episentrum  gempa di provinsi Southern Highlands hilang ditimbun tanah untuk menewaskan 13 orang, kata James Justin, peneliti pada Kementerian Perminyakan dan Energi di Port Moresby via email. Dia mendapatkan kabar ini dari panggilan radio dua arah dari sebuah stasiun misi di daerah itu.

Kebanyakan daerah yang paling dahsyat tertimpa gempa berada di dalam atau sekitar wilayah ibu kota provinsi itu, Mendi, dan kota Tari yang hanya 40 km dari episentrum gempa di mana gempa susulan masih terus terjadi sehingga membuat orang-orang khawatir rumah mereka ambruk dan memaksa mereka tidur di halaman rumah.

"Tari sama sekali terputus," kata Mark Mendai, kepala Otoritas Pembangunan daerah itu kepada Reuters lewat telepon.

"Semua tangki air terbalik dan untuk sementara orang-orang kekurangan air bersih, sedangkan sungai-sungai menjadi kotor. Landas pacu retak, kantor-kantor pemerintah rusak, semua jalan di Tari retak sehingga menghalangi perjalanan."

Juru bicara pada Pusat Bencana Nasional menyatakan penaksiran awal dari gempa yang menerjang wilayah pegunungan Southern Highlands yang berjarak 560 km dari ibu kota Port Moresby, masih belum lengkap.

Baca juga: Gempa Mandailing Natal membuat panik warga Tapanuli Tengah



Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018