"Faktor teknikal menjadi salah satu sentimen yang menopang rupiah untuk bergerak menguat terhadap dolar AS," ujar Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta Senin.
Menurut dia, sebagian pelaku pasar uang memanfaatkan posisi dolar AS yang telah mengalami apresiasi dalam beberapa hari terakhir ini untuk melakukan aksi ambil untung.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kondusif seiring dengan terus gencarnya pemerintah melakukan pembangunan infrastruktur dan berupaya memperbaiki iklim investasi di dalam negeri menjaga fluktuasi rupiah.
Kendati demikian, lanjut dia, penguatan nilai tukar rupiah relatif terbatas mengingat cukup kuatnya proyeksi kenaikan suku bunga The Fed pada Maret ini. Diperkirakan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 20-21 Maret nanti memutuskan kenaikan suku bunganya.
Baca juga: Rupiah senin pagi menguat ke Rp13.759
Baca juga: Intervensi rupiah dengan cadangan devisa optimal untuk jangka pendek
Baca juga: Bappenas: penguatan dolar AS perlu diwaspadai
Baca juga: BI: Volatilitas rupiah karena kebijakan moneter AS
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih penguatan pada data ketenagakerjaan Amerika Serikat membuat munculnya indikasi inflasi yang naik sehingga mengkonfirmasi naiknya suku bunga the Fed pada pertemuan FOMC nanti.
"Namun, adanya penguatan pada mata uang Asia dan penjagaan Bank Indonesia menjadi sentimen penguatan rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (12/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.768 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.794 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018