Batusangkar (ANTARA News) - "Tonggak Tuo" (tiang utama) untuk pembangunan kembali Istana Bassa Pagaruyung tumbang saat ditegakkan dengan cara ditarik puluhan orang dihadapan Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, dalam prosesi adat Minangkabau, di Batusangkar, Sumatera Barat (Sumbar), Minggu. Tiang berwarna kuning menyala dari batang kayu lurus sepanjang hampir 20 meter itu di ujungnya diberi payung warna kuning untuk memayungi tonggak selama pembangunan istana itu berlangsung. Saat akan ditegakkan dan ujung pangkalnya akan dibenamkan dalam tanah, dilakukan penarikan menggunakan empat utas tali rantai besi oleh puluhan orang berbaju "hulubalang" ala kerajaan berwarna kuning dan merah. Di antara orang yang menarik tali rantai, antara lain Gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi, Bupati Tanah Datar, Shadiq Pasadigoe, dan sejumlah pejabat lainnya, sedangkan Wapres Kalla tetap duduk di panggung kehormatan sambil mengamati prosesi adat tersebut. Ketika aba-aba diberikan, para penarik tali rantai besi dengan sekuat tenaga tampak menarik "Tonggak Tuo", namun ketika mulai berdiri tegak, tiba-tiba oleng lalu tumbang. Beruntung arah tumbangnya tonggak pada lahan yang tidak ada hadirin, karena dapat menyebabkan orang cedera bila tertimpa kayu bulat yang berat itu. Ratusan hadirin terlihat seperti menahan napas saat saat "Tonggak Tuo" kuning dan dipayungi payung kuning itu tumbang dan mengeluarkan bunyi keras. Setelah itu, jumlah orang yang menarik tonggak ditambah dan kembali secara beramai-ramai tonggak ditarik kembali, hingga akhirnya berhasil didirikan, meski tidak nampak tegak lurus. Selain itu, tidak ada lagi payung warna kuning di puncak "tonggak tuo", karena sudah patah dan jatuh saat tumbangnya tonggak tersebut. Menanggapi kejadian itu, Wapres Jusuf Kalla, mengatakan, tonggak itu posisinya sedikit tidak pas dan akhirnnya jatuh, tapi jangan diartikan bermacam-macam. "Memang kalau dilihat dari jauh, kalau hanya kuning dan merah intinya itu, ternyata tidak kuat," ujar Wapres. Kuning dan merah yang dimaksud Wapres Kalla adalah warna tonggak dan baju orang yang menariknya. Oleh karena itu, Wapres mengemukakan, harus banyak warna baru kuat bangsa ini. "Pak Bachtiar tadi mengatakan, mana yang hijau 'ndak' ada ternyata, pantas jatuh tadi," kata Kalla Wapres Kalla sambil tertawa. Pak Bachtiar Chamsyah yang dimaksud Wapres adalah Menteri Sosial (Mensos), yang ikut dalam rombongannya. Kejadian itu, menurut Wapres, menggambarkan kita semua harus betul-betul bersatu, jika akan maju secara bersama-sama. "Kalau pun jatuh, kita bangun lagi, itulah bangsa yang ingin maju, jatuh dan bangun lagi, kita bangun lebih baik lagi," kata Wapres Kalla. Ia menyebutkan, seperti Istana Pagaruyung yang mengalamai kebakaran beberapa waktu lalu merupakan musibah yang tentu ada hikmahnya. "Hikmahnya tentu karena ingin lebih baik, ingin lebih besar, lebih luas dan lebih indah, di samping ada pelajaran lainnya," katanya. Begitu pula dalam pembangunan, kata Wapres Kalla menambahkan, perlu kegotong-royongan bersama, betul-betul dengan semangat yang sama dan didukung semua pihak, tambahnya. Sementara itu, ahli waris Kerajaan Pagaruyung, Sutan Muhammad Taufik Thaib, menyatakan bahwa tumbangnya "tonggak tuo" sesuai dengan pepatah Minang yang berbunyi "karajo ndak sakali sudah" (kerja tidak sekali selesai). Artinya, menurut dia, walaupun tidak sekali tarik tonggak tuo itu, bukan berarti ada tanda-tanda macam-macam, tapi sesuai dengan petuah Minang, "karajo ndak sakali sudah, dayuang ndak sakali rangkuah" (kerja tidak sekali selesai, mendayung tidak sekali rengkuh). "Jadi, tidak ada masalah," ujarnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007