Mereka telah kehilangan identitas buruk itu."
New York (ANTARA News) - Terkadang, perubahan pada pakaian bisa membuat perbedaan. Bagi wanita muda penyintas penculikan dan pemerkosaan oleh kelompok Boko Haram di Nigeria, pakaian baru sangat penting untuk membantu menghilangkan status mereka sebagai korban dan melanjutkan kehidupan normal, kata korban selamat.

Hauwa dan Ya Kaka, yang untuk perlindungan hanya disebut dengan nama depannya, diculik empat tahun lalu di Nigeria timur laut oleh Boko Haram, yang melakukan pemberontakan sejak 2009 untuk mendirikan negara Islam, demikian laporan Thomson Reuters Foundation.

Mereka sekarang bertindak sebagai pendukung tawanan Boko Haram dan korban selamat.

Perang tersebut menyebabkan setidak-tidaknya 20.000 orang tewas dan lebih dari dua juta lagi mengungsi. Pada bulan lalu 110 anak-anak perempuan lain dibawa tersangka petempur Boko Haram di kota Dapchi.

Sebagai tawanan, Hauwa dan Ya Kaka mengatakan bahwa mereka diperkosa berulang kali, melahirkan dan akhirnya lolos.

Tapi, para korban selamat direndahkan, dijauhi dan ditakuti sebagai pembom potensial, kata mereka.

Boko Haram menggunakan puluhan anak-anak sebagai pelaku bom bunuh diri, kata Dana Bantuan untuk Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (UNICEF).

Anak-anak perempuan yang melarikan diri dari Boko Haram dapat dikenali dengan mudah dengan penampilan mereka yang compang-camping, kata mereka melalui penerjemah di jeda sidang
Komisi PBB untuk Status Perempuan.

"Hampir setiap anak-anak perempuan lolos dengan hanya satu setel pakaian," kata Hauwa (17).

Ia menimpali, "Jadi, saat anak-anak perempuan itu terlihat di jalanan dengan tampilan berantakan, berpakaian buruk, mereka semua tahu bahwa dia adalah orang terlantar."

Meski begitu, dengan pakaian baru, "mereka terlihat seperti anak perempuan normal", kata Ya Kaka (18)

Ia menimpali, "Mereka telah kehilangan identitas buruk itu."

Ya Kaka mengatakan, begitu dia melarikan diri, dia mengemis di jalan-jalan, mengenakan baju compang-campingnya.

Kelompok nirlaba "Too Young to Wed" memberikannya pakaian dan mendaftarkannya ke sekolah, katanya.

"Too Young To Wed" memberikan beasiswa untuk korban selamat dan mengirim beberapa anak-anak perempuan ke sekolah menjahit, tempat mereka belajar membuat pakaian untuk para korban pelarian lainnya, demikian Stephanie Sinclair, pendiri kelompok yang berbasis di Amerika Serikat.

Hauwa dan Ya Kaka diculik pada 2014, pada tahun yang sama Boko Haram menculik sekitar 270 siswi di Kota Chibok, Nigeria.

Ya Kaka diculik dengan kakak perempuannya, saat itu pada umur 5 tahun, dan kakak laki-lakinya, yang saat itu berusia 6 tahun. Dia belum pernah melihat mereka sejak itu.

Dipaksa berkeliling markas Boko Haram sambil telanjang, dia mengaku langsung diperkosa.

Ia juga diperkosa berulang kali, dan Hauwa sedang hamil sembilan bulan saat memutuskan untuk melarikan diri.

Dia menyelinap kabur dan berjalan kaki selama seminggu, sebelum melahirkan seorang anak perempuan, yang jatuh sakit dalam beberapa hari.

"Pada awalnya, saya pikir dia sedang tidur, kemudian saya sadar, tubuhnya jadi sangat kaku. Saya tahu dia meninggal, jadi saya menggali lubang, mengubur anak itu dan terus berjalan," ujarnya.

Kedua wanita muda itu sekarang menghadiri sekolah asrama di Abuja, ibu kota Nigeria, dan mereka menyatakan ingin menjadi pengacara.

Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018