Washington (ANTARA News) - Kehidupan anggota awal komunitas Homo sapiens, atau yang juga disebut manusia modern, baru-baru ini terungkap lebih modern dari yang selama ini dikira para ilmuwan, melibatkan warna dan perdagangan.

Ilmuwan memeriksa artefak yang diambil dari Kenya selatan, berusia sekitar 320 ribu tahun yang lalu, kira-kira berusia sama dengan fosil Homo Sapiens tertua yang pernah ditemukan di Afrika, dilansir dari Reuters.

Homo sapiens menggunakan pigmen oker (ochre), yang memproduksi warna merah terang, yang digunakan untuk melukis tubuh atau ekspresi simbolis lainnya.

Manusia modern kala itu juga memiliki peralatan yang terbuat dari obsidian, batuan vulkanik yang dapat menghasilkan pisau tajam, berbanding jauh dengan bentuk yang digunakan spesies tertua di garus keturunan evolusi manusia.

Peralatan ini dinilai lebih kecil, lebih rinci dan penggunaannya lebih spesifik dibandingkan peralatan batu bernama kapak yang digunakan manusia sebelumnya.

Obsidian tersebut, menurut temuan para peneliti, berasal dari Danau Olorgesailie, berjarak 88 kilometer dari medan tandus tempat mereka hidup. Peneliti meyakini batuan ini didapatkan dari kelompok lain melalui perdagangan, namun, belum diketahui apa yang digunakan sebagai alat tukar.

Temuan ini menimbulkan anggapan Homo sapiens menggunakan teknologi yang lebih canggih dan struktur sosial yang tidak diduga.

"Pendapat saya, mental dan kemampuan sosial yang baru berkembang ini, termasuk mengetahui ada kelompok di tempat yang jauh, menggunakan pigmen dan teknologi benda tajam, menjadi pondasi manusia modern ini," kata paleoantropolog Rick Potts, yang juga direktur program asal muasal manusia di Smithsonian National Musemum of Natural History.

Paleoantropolog dari George Washington University, Alison Brooks, yang juga berasal dari Museum, menyatakan keputusan mendatangkan oker dari jauh daripada menggunakan material lokal menunjukkan bahwa warna merah memiliki pesan tertentu.

Baca juga: Homo sapiens lebih tua dari perkiraan

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018