... ingin Hari Film Nasional dimiliki seluruh masyarakat, terutama komunitas film. Saya pribadi ingin Hari Film Nasional dirayakan seperti 17 Agustus, semua orang merayakan secara bersama-sama...
Jakarta (ANTARA News) - 30 Maret adalah Hari Film Nasional. "Jangan ngomong cinta film Indonesia, kalau sepanjang Maret ini tidak menonton film Indonesia di bioskop," kata Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Manan Wijaya, di Jakarta, Jumat.

Dalam Taklimat Media Perayaan Hari Film Nasional 2018, Wijaya melontarkan ajakan itu.

Film-film Indonesia pernah merajai bioskop nasional pada dasawarsa '50-an hingga pertengahan '80-an. Mulai dari genre drama, horror, perjuangan, komedi, hingga berbasis sejarah. Sebutlah Enam Djam di Djogja, Kabut Sutra Ungu, Nyi Blorong, serial Dono-Kasino-Indro, Nakalnya Anak Anak, Tjoet Nja' Dien, dan lain-lain. 

Malam penganugerahan Piala Citra pada Festival Film Indonesia menjadi sangat bergengsi. Pula, para bintang film, sutradara, dan insan perfilman yang begitu ternama, di antaranya Wiem Umboh, Teguh Karya, Robbie Sugara, Christine Hakim, Widyawati, hingga generasi Ryan Hidayat, dan lain-lain.

Pada dasawarsa '70-an hingga awal '80-an, ada istiliah The Big Five bintang film Indonesia karena honornya sangat fantastis untuk ukuran masa itu, yaitu Rp5 juta per film. Mereka adalah Roby Sugara, Roy Marten, Doris Callebout, Yaty Octavia, dan Yenny Rachman.

FFI pernah mandek pada 1993 dan kembali dilaksanakan pada 2004, dikarenakan jumlah dan kuantitas produksi film-film nasional yang begitu merosot.

Kebangkitan kembali film nasional mulai terjadi sejak 2000-an, di antaranya melalui Ada Apa Dengan Cinta (karya Rudi Sudjarwo), Arisan (Nia Dinata), Eliana Eliana (Riri Riza), dan lain sebagainya. Pada sisi lain, genre film dengan pendekatan dan konsep yang khas juga diperkenalkan di Tanah Air, di antaranya melalui Pasir Berbisik (Garin Nugroho), dan Kuldesak (Mira Lesmana, Riri Riza, Rizal Mantovani, dan Nan Achnan).

Wijaya mengatakan, pada Jumat (30/3), seluruh bioskop di Indonesia akan serempak menayangkan film-film Indonesia. Pusat Pengembangan Perfilman sudah berkerja sama dengan pengelola bioskop untuk memutar film-film Indonesia.

Menurut dia, perayaan Hari Film Nasional 2018 merupakan wujud nyata kecintaan pemerintah dalam mengembangkan perfilman Indonesia.

"Pemerintah ingin Hari Film Nasional dimiliki seluruh masyarakat, terutama komunitas film. Saya pribadi ingin Hari Film Nasional dirayakan seperti 17 Agustus, semua orang merayakan secara bersama-sama," tuturnya.

Dia mengatakan, Maret 2018 merupakan Bulan Film. Sepanjang Maret akan diadakan kegiatan-kegiatan seputar perfilman yang puncaknya pada 30 Maret.

"Akan ada nonton bareng di 199 titik di seluruh Indonesia. Dari 199 titik itu, 116 dilakukan melalui mobil bioskop keliling, 63 dilakukan di 63 sekolah dan 20 titik pemutaran film menggunakan alat putar yang disediakan Kementerian bekerja sama dengan di perguruan tinggi," katanya.

Pemutaran film di perguruan tinggi bekerja sama dengan komunitas kine yang ada di perguruan tinggi itu. Selain pemutaran film, juga diadakan diskusi film.

Taklimat Media Hari Film Nasional dihadiri sejumlah tokoh perfilman, yaitu Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) 56, Marcella Zalianty, dan Wakil Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia, Dewi Umaya.

Juga hadir aktor dan produser muda Darius Sinathrya serta aktor dan aktris senior Slamet Rahardjo, Niniek L Kariem dan Ray Sahetapy.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018