Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, bertahan seperti penutupan akhir pekan lalu pada Rp9.028/9.030 per dolar AS, karena pelaku pasar masih belum aktif bermain di pasar. "Pelaku pasar cenderung hati-hati bermain di pasar baik membeli maupun melepas kedua mata uang itu, setelah keluarnya data pesanan mesin Jepang pada Mei meningkat," kata Analis Valas Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, Senin. Menurut dia, data pesanan mesin Jepang naik menjadi 5,9 persen pada Mei 2007 dibanding bulan lalu yang hanya mencapai 2,3 persen. Data itu memicu pasar saham regional menguat, karena pelaku pasar aktif membeli saham-saham perusahaan industri Jepang, sehingga indeks Nikkei menguat, katanya. Namun, lanjutnya, kenaikan pasar saham regional hanya belum memberikan dukungan yang kuat terhadap pasar uang lokal khususnya rupiah yang hanya mampu bertahan, katanya. Rupiah, lanjutnya diperkirakan akan bisa menguat hingga mencapai level Rp9.000 per dolar AS, karena kondisi di dalam negeri cukup stabil dengan inflasi yang cenderung menurun. Karena itu pada penutupan pasar nanti rupiah akan menguat asalkan kondisi seperti ini berlanjut dan muncul faktor lain terutama dari eksternal yang mendorong rupiah bergerak naik, katanya. Faktor eksternal, menurut dia, akan muncul dari bank sentral Jepang (BoJ) yang akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 0,75 persen dari 0,50 persen. Rencana kenaikan suku bunga BOJ itu untuk memicu yen yang selama ini cenderung merosot, katanya. Selain itu, ia mengemukakan rupiah akan kembali mencapai level Rp9.000, selain karena faktor fundamental ekonomi yang makin baik juga didukung dengan aktifnya perbankan menyalurkan kredit. Hal ini yang membuat rupiah terus berkutet pada kisaran antara Rp9.000 sampai Rp9.100 per dolar AS, katanya. Rupiah diperkirakan akan bergerak naik maupun turun yang dinilai analis cukup stabil akibat membaiknya pertumbuhan ekonomi. (*)

Copyright © ANTARA 2007