Banyumas (ANTARA News) - Air tajin tidak dapat menggantikan kebutuhan susu bagi bayi karena hanya mengandung karbohidrat, kata dosen Ilmu Gizi, Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Ir. Endo Darjito MPPM. "Yang kita harapkan dari susu adalah kandungan proteinnya sehingga kalau karbohidrat yang dimakan hanya dapat memberikan tenaga," katanya di Purwokerto, Selasa. Tajin merupakan cairan dalam proses penanakan nasi yang kadar asupan gizinya bagi anak-anak, terutama di bawah usia lima tahun (balita), fungsinya jauh lebih rendah dn tidak selengkap dibanding susu. Menurut dia, bayi sampai balita membutuhkan susu untuk pertumbuhan otak, tetapi jika hanya diberi karbohidrat, otaknya tidak mengalami pertumbuhan optimal. Karena itu, katanya, air tajin tidak dapat dijadikan sebagai pengganti susu. Ia mengatakan, kebutuhan susu untuk bayi usia 0-6 bulan diharapkan dapat dipenuhi melalui air susu ibu (ASI), sedangkan untuk usia enam bulan ke atas ditambah makanan pendamping ASI, seperti nasi tim atau makanan yang lembek. "Jika kondisinya tidak memungkinkan, makanan pendamping ASI dapat diganti susu kedelai, tetapi yang menjadi masalah tidak mudah mendapatkannya," kata dia. Saat bayi memasuki usia tujuh bulan, kata dia, produksi ASI biasanya mengalami penurunan sehingga perlu ada makanan pendamping. Menurut dia, harga susu kedelai lebih murah daripada susu sapi, tetapi jika tidak memungkinkan ada alternatif lain dengan menggunakan protein nabati yang berasal dari tempe dan tahu. "Saat bayi berusia 7 bulan ke atas dapat diperkenalkan dengan tempe dan tahu yang dihaluskan dahulu," kata dia. Ia mengatakan, sumber protein nabati dari kacang-kacangan dapat digunakan sebagai alternatif kebutuhan protein yang relatif mudah dan murah dibanding dengan lainnya. Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah penyajian menu seimbang yang memenuhi kebutuhan karbohidrat, kalori, protein, vitamin, dan mineral. "Susu merupakan bagian dari protein, sehingga tanpa susu pun sebenarnya tidak menjadi masalah, selama menunya seimbang," kata dia. Ia mengatakan, mengonsumsi susu merupakan cara termudah untuk memenuhi kebutuhan protein karena siap saji, kandungan proteinnya sudah pasti, dan mudah diserap. Menurut dia, protein hewani (susu) lebih mudah diserap dibanding protein nabati (tahu dan tempe). "Sebagai gambaran zat besi dari hewani dapat diserap sekitar 20-30 persen, sedangkan dari nabati diserap sekitar 2-10 persen," kata dia. Ia mengatakan, justru yang dikhawatirkan dampak dari kenaikan harga susu adalah mengurangi takaran susu yang akan dikonsumsi bayi dengan melakukan pengenceran. "Misalnya yang biasanya 20 gram menjadi lima gram untuk satu gelas, yang penting putih saja. Ini justru yang dikhawatirkan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007