Karanganyar (ANTARA News) - Budayawan Kota Solo Suprapto Suryodarmo menyatakan agar pihak pengelola menghidupkan "De Tjolomadoe" sebagai pusat kebudayaan baru dan tidak hanya berkonsentrasi pada keuntungan.

"Untuk menghidupkan tempat ini perlu ada sinergi yang melibatkan masyarakat karena kalau tidak, tempat ini hanya akan menjadi istana untuk kelas menengah ke atas," katanya pada acara Diskusi Pakar dengan tema "Urip Iku Urup: Arsitektur dan Warisan Budaya" di Karanganyar, Jateng, Kamis.

Ia mengatakan dalam hal ini pengelola perlu mengangkat budaya "bebrayan" atau bersaudara yang ada di masyarakat sehingga masyarakat juga merasa memiliki keterikatan dengan tempat tersebut.

"Melihat keindahan bangunan ini, tentu sekaligus bisa meningkatkan selera bagi UKM maupun masyarakat. Tempat ini nantinya juga harus terbuka dan punya semangat menerima dari mana saja dan kapan saja terutama karya masyarakat," katanya.

Selain itu, tempat yang nantinya menjadi salah satu destinasi baru di kawasan Soloraya tersebut diharapkan bisa jadi terminal bagi berbagai macam kebudayaan yang ada saat ini.

"Jadi tidak hanya berpikir masif dan mengakar tetapi ada pemikiran `out of the box` yang punya kegairahan, yaitu `urup` itu tadi. Jangan sampai tempat ini terjebak pada rutinitas yang hanya berorientasi untung," katanya.

Selain itu, ia juga berharap agar "De Tjolomadoe" yang dulunya merupakan Pabrik Gula Colomadu ini bisa dikaitkan dengan situs bersejarah lain seperti Sangiran, Pura Mangkunegaran, Candi Borobudur, dan Candi Plaosan.

Sementara itu, Guru Besar Arsitektur dan Pariwisata UGM Wiendu Nuryanti mengatakan konsep transformasi tersebut tidak hanya menyangkut Colomadu itu sendiri tetapi juga melibatkan masyarakat.

"Jadi memungkinkan memfasilitasi kegiatan yang berskala besar tetapi juga memungkinkan dibagi menjadi tempat yang lebih kecil sehingga lebih terbuka aksesnya terhadap banyak komunitas," katanya.

Senada dengan Suprapto, Windue berharap lokasi tersebut bisa menjadi "art creative space" atau sebagai ruang seni kreatif masyarakat.

"Pada dasarnya ini harus dijaga secara kuat dan dipertahankan spirit dan konsep seni kreatif agar ada keseimbangan antara `profit` untuk memastikan kesinambungan tempat ini dan `soul`-ya sebagai tempat kreatif juga terasa," katanya.

Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018