Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tetap membuka kemungkinan impor beras selama produksi dalam negeri belum melampaui target tambahan dua juta ton, kata Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri, Ardiansyah Parman. "Produksi oke, tetapi kan belum mencapai target dua juta ton. Jadi, tiap tahun, selama tidak di atas target, impor akan dilakukan," ujarnya di Jakarta, Selasa. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi nasional pada 2007 mencapai 55,13 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi padi tahun ini diperkirakan naik 1,23 persen atau 672,49 ribu ton dibanding 2006. Pengadaan dalam negeri oleh Perum Bulog per 3 juli 2007 telah mencapai 1.323.372 ton setara beras dari target barunya yang dipatok pada 1,73 juta ton. Semula, target pengadaan dalam negeri oleh Bulog hanya berjumlah 1,54 juta ton. Realisasi impor beras hingga Juni 2007 dinilai cukup baik. Perum Bulog telah menandatangani kontrak pengadaan beras impor sebanyak total 1.117.097 ton dari total kuota impor yang dizinkan pemerintah sebanyak 1,5 juta ton. Menurut Ardiansyah, keputusan impor beras akan direncanakan dengan baik sehingga realisasinya tidak akan terhambat seperti rencana sebelumnya. "Kita belum bahas tambahan impor beras. Tetapi saya kira impornya akan terencana dengan baik. Misalnya dengan identifikasi kekurangan berapa, kapan beras impor masuk, pada masa panceklik atau tidak. Jangan mendadak seperti kemarin, karena cari kapal dan beras impor susah," katanya. Mengenai Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang tinggal 5.792 ton, menurut Ardiansyah yang juga merupakan Dewan Pembina Bulog, bukanlah masalah karena stok di gudang Bulog sebenarnya melimpah dari pengadaan dalam negeri dan impor. "Statusnya tinggal diubah saja jadi CBP. Cuma masalah anggaran saja," ujarnya. Ardiansyah menjelaskan status beras yang dikelola Bulog ada dua macam yaitu CBP dan stok Bulog. Untuk mengubah stok Bulog menjadi CBP, tinggal mengalokasikan anggaran (pembelian CBP) tambahan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007