Bantul (ANTARA News) - Pengelola Museum Sejarah Purbakala Pleret di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan pemerintah daerah mencarikan solusi dalam menangani kotoran burung gereja yang selalu memenuhi komplek museum tersebut.

"Cukup banyak sarang-sarang burung gereja di atap gazebo komplek museum, sehingga setiap hari banyak kotoran burung di mana-mana, ini perlu dicarikan solusi," kata Pengelola Museum Sejarah Purbakala Pleret Susanto di Bantul, Rabu.

Menurut dia, adanya burung-burung di Museum Sejarah Purbakala tersebut cukup mengganggu karena menyisakan kotoran di kawasan museum terutama lantai gazebo, halaman museum, dan pagar sekeliling museum.

Ia menjelaskan burung-burung di kawasan museum itu sudah muncul sejak museum milik Dinas Kebudayaan DIY itu dibuka pada 2014. Awalnya keberadaannya masih sedikit, akan tetapi semakin lama, semakin banyak hingga sampai sekarang.

"Tahun lalu pernah sempat hilang setelah gazebo-gazebo direhabilitasi dan sarang-sarang burung gereja diturunkan, namun setelah itu muncul lagi dan menyisakan kotoran yang sangat mengganggu," katanya.

Oleh sebab itu, menurut dia, perlu ada upaya atau solusi agar burung-burung itu tidak bersarang atau berada di kawasan museum, misalnya dengan mengajak komunitas pecinta satwa untuk pengelolaannya tanpa harus membasmi burung tersebut.

"Dari sisi kebersihan sangat mengganggu, bahkan terkadang mengeluarkan bau tidak sedap, karena kadang ada kotoran kelelawar karena kalau menjelang malam di bawah genteng menjadi tempat sembunyi kelelawar," katanya.

Baca juga: Purbalingga merintis pembangunan museum rambut

Baca juga: Ingin kunjungi enam obyek wisata di Sidoarjo dengan diantar bus gratis?

Baca juga: DKI kembali gencarkan gerakan "Gebrak Museum"

Baca juga: Multatuli simbol perjuangan bangsa Indonesia


Ia mengatakan, untuk mencarikan solusi menangani masalah itu pernah disampaikan ke pemerintah, termasuk dengan menaburkan kapur barus di gazebo, namun tetapi tidak efektif mengusir burung-burung tersebut dari museum.

"Sampai sekarang kami kesulitan untuk mengatasi kotoran-kotoran burung itu, karena meski setiap hari kita bersihkan, selalu muncul kotoran, padahal setiap hari museum ini dikunjungi orang," katanya.

Santo mengatakan, upaya yang dilakukan selama ini hanya membersihkan rutin tiap hari, bahkan dirinya terkadang membantu petugas kebersihan membersihkan kawasan museum karena jumlah tenaga kebersihan minim.

"Hanya ada dua tenaga kebersihan dengan satu honor, jadi satu pekerjaan dibagi dua orang. Yang penting saat ini selain tambahan tenaga kebersihan solusi penanganan burung itu, karena kalau pas ada event museum selalu ada tamu," katanya.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018