Medan (ANTARA News) - Berapa banyak orang Indonesia mau membayar biaya agar mereka tetap cantik atau berobat kosmetik?

Devisa Indonesia yang "lari" ke luar negeri untuk biaya berobat kecantikan atau anti penuaan estetika ternyata besar. Jumlahnya Rp15 triliun per tahun.

"Menurut pusat data dunia, jumlah uang yang beredar dalam industri anti penuaan estetika memang cukup besar mencapai hingga 1 triliun dolar Amerika Serikat," ujar Presiden Perhimpunan Dokter Anti Penuaan, Wellness, Estetika dan Regeneratif Indonesia (Perdaweri), Prof A Razak Thaha, di Medan, Sabtu.

Untuk menekan agar devisa Indonesia tidak lari ke luar negeri dan bahkan bisa mendapatkan peluang bisnis itu, maka perlu meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga medis di bidang anti penuaan.

Menurut dia, Kongres Anti Penuaan dan Pengobatan Estetika Sumatera (SCAM) 2018 yang digelar di Medan adalah salah satu upaya Perdaweri untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga medis di bidang anti-aging.

"Semakin baik kualitas pelayanan anti penuaan di Indonesia diharapkan semakin sedikit pula masyarakat yang menghabiskan uang di luar negeri untuk mendapatkan layanan anti penuaan," katanya.

Gubernur Sumatera Utara, HT Erry Nuradi, mengakui, berdasarkan data, rata-rata 1.000 orang warga Sumatera Utara yang ke luar negeri untuk berobat kecantikan.

Untuk itu, kata dia, Perdaweri Sumatera Utara diharapkan mampu menangkap dan mengembangkan peluang bisnis yang besar dari kecenderungan industri anti penuaan estetika yang meningkat itu.

Menurut dia, kepedulian masyarakat terhadap perawatan diri dan upaya-upaya untuk mencegah penuaan dini terus meningkat.

Jika pelayanan anti-aging estetika di Sumatera Utara ditingkatkan kualitasnya, menurut Nuradi, maka masyarakat tidak perlu ke luar negeri untuk memperoleh layanan itu.

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018