Jakarta (ANTARA News) - "Travel Warning" yang dikeluarkan oleh Pemerintah Australia tidak secara signifikan mengganggu dunia pariwisata Indonesia, karena negeri Kangguru itu sudah terlalu sering mengeluarkan peringatan serupa yang ternyata tidak terbukti. Pernyataan itu dikemukakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik kepada wartawan saat ditemui di Pekan Produk Budaya Indonesia 2007 di Jakarta, Rabu. "Kan bukan sekali ini (pemerintah Australia mengeluarkan travel warning), tapi sudah beberapa kali setiap ada genting sedikit, berdampak tapi kita tidak mati," katanya. Pengeluaran "travel warning", lanjut dia, tidak membuat dunia pariwisata Indonesia "kiamat" karena seluruh pelaku pariwisata Indonesia terus melakukan promosi. Menurut Jero Wacik, pemantauan yang dilakukan di Bali menunjukkan bahwa masih banyak warga Australia yang berkunjung ke Pulau Dewata itu. Sekalipun unsur ketakutan berpengaruh di dunia pariwisata, namun menurut Jero Wacik, jika keinginan untuk datang ke Indonesia lebih besar maka hal itu tidak berarti apapun. Jero Wacik justru menilai hal yang lebih membahayakan dunia pariwisata Indonesia adalah jika pemerintah Jepang mengeluarkan "travel warning" karena jumlah wisatawan Jepang yang ke Indonesia cukup besar dan rakyat Jepang cenderung sangat patuh pada pemerintahnya. Menbudpar menambahkan bahwa permasalahan "travel warning" itu sepenuhnya menjadi tugas Menteri Luar Negeri RI untuk melakukan perundingan dan diplomasi dengan koleganya di Australia. "Bagi saya `travel warning` itu urusan politik Pak Hassan (Menlu RI) yang melaukan negosiasi, diplomasinya, tapi promosi pariwisata tetap berlanjut," katanya. Sementara itu, pimpinan Asosiasi Biro Perjalanan Jepang (JATA) Yoshinori Katagiri kepada ANTARA News mengemukakan, pihaknya saat ini masih mempromosikan Indonesia sebagai salah satu destinasi favorit turis jepang, dan belum menerima instruksi dari pemerintah Jepang soal "travel warning" atas Indonesia. JATA merupakan asosiasi biro perjalanan Jepang yang beranggotakan 1.252 agen perjalanan dan merupakan lembaga kepercayaan publik dan pemerintah Jepang. Ratusan biro perjalanan yang tergabung dalam asosiasi itu juga menyatakan pihaknya tidak memiliki pandangan negatif atas persoalan keamanan dan keselamatan penerbangan sipil di Indonesia. "Sampai saat ini kami bahkan masih terus mempromosikan Indonesia sebagai tujuan wisata yang tergolong aman," katanya. Ia pun membeberkan sejumlah data dan informasi yang diperoleh JATA, baik dari departemen luar negeri Jepang, maupun laporan dan prediksi turis dari Japan JTB World Vacation Inc.dan HIS Co.Ltd, dua biro perjalanan terbesar di seantero Jepang. Menurutnya, sikap biro perjalanan Jepang merefleksikan respon dari publik Jepang sendiri, dan saat ini tidak memiliki pandangan negatif atas persoalan yang terjadi di Indoensia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007