Jakarta (ANTARA News) - Marketing Director ZTE Indonesia, Benjamin Bai, melihat bahwa Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk akhirnya dapat menjalankan teknologi 5G.

Hal tersebut, menurut dia didasarkan pada tiga pilar yaitu dari segi radio, transport dan cloud -- radio berkaitan dengan kapasitas dan kecepatan jaringan, transport berkaitan dengan arsitektur dan konstruksi jaringan secara keseluruhan, dan cloud berkaitan dengan transformasi jaringan.

"Dari segi radio, kesiapan dari segi regulasi dan kebijakan masih dalam diskusi, belum siap, spektrum juga belum didefinisikan, masih dalam proses," ujar Bai dalam temu media di Jakarta, Senin.

Sementara, untuk transport, Bai melihat para operator telah memiliki rencana untuk meningkatkan kemampuan dalam hal ini. Dia juga mengatakan bahwa saat ini ZTE tengah dalam "diskusi yang intens dengan beberapa operator," namun belum bersedia menyebutkan nama.

Selanjutnya, terkait cloud, menurut Bai, saat ini para operator telah melihat adanya persaingan dengan para pemain OTT (over the top). Namun, untuk cloud, dia mengatakan para operator harus berhati-hari dalam transformasi jaringan agar layanan siap digunakan dan mampu bersaing dengan pemain OTT.

Indonesia sendiri, menurut Bai, merupakan pasar yang unik. Tidak hanya dikarenakan jumlah populasi yang besar, yang diikuti dengan penetrasi internet mobile, tetapi juga dari segi geografis.

"Tantangannya transport, bukan hanya arsitektur jaringan tapi bagaimana jaringan dapat menghubungkan satu pulau ke pulau lain," kata Bai.

Dia menambahkan bahwa proyek pemerintah Palapa Ring dapat membantu menyiapkan jaringan.

"Fiber masih menjadi solusi. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan, tidak hanya bisa di-cover dengan satelit, karena satelit itu mahal," ujar dia.

"Investasi ke fiber optik justru akan membantu penetrasi data mau itu 3G, 4G atau 5G karena OTT kan butuh data yang besar," sambung dia.

Saat ini, untuk dapat menjalankan teknologi 5G, perlu dilakukan uji coba. Namun, hal itu masih terganjal oleh regulasi dan kebijakan dari pemerintah terkait spektrum.

"Situasi yang saya lihat sekarang pemerintah belum punya peta jalan kebijakan spektrum yang jelas untuk mendukung hal ini. Sangat mudah bagi kami untuk mengatakan kapan melakukan demo 5G, tapi kami butuh kebijakan spektrum terlebih dahulu," ujar Bai.

Bai mengatakan Indonesia dapat melihat China sebagai referensi dalam uji coba jaringan 5G dengan menggunakan spektrum 3,5Ghz. ZTE sendiri telah melakukan demo 5G di China bersama perusahaan telekomunikasi China Mobile.

Untuk mengembangkan 5G di Indonesia, sejak tahun lalu ZTE telah pro-aktif berpartisipasi dalam berbagai workshop bersama operator dan menjalin komunikasi dengan lembaga nirlaba Masyarakat Telematika Indonesia (disingkat Mastel).

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018