Tangerang (ANTARA News) - Nelayan Pantai Utara (Pantura), khususnya di Kampung Rampus, Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Banten, keluhkan minyak tanah langka sejak digulirkan program pengalihan (konversi) minyak tanah ke tabung gas. Sejumlah nelayan ditemui ANTARA News, Kamis, menyebutkan bahwa sejak mulai diterapkannya konversi tersebut, maka pasokan minyak tanah mulai pula dikurangi pihak Pertamina, padahal para nelayan cenderung menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar perahunya. "Sejak harga solar naik sampai Rp5.500 - Rp6.000/liter, kami beralih menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar perahu, tetapi minyak tanah sudah sulit dicari," kata Rabudin (47), nelayan asal Indramayu yang berdomisili di Kampung Rampus, Desa Lontar, Kecamatan Kemiri. Pemerintah melalui PT Pertamina memang mulai menghentikan pasokan minyak tanah ke agen dan mengganti pasokannya dengan tabung gas isi tiga Kg dengan tujuan untuk mengurangi biaya subsidi dari Rp41,7 triliun menjadi Rp21,7 triliun. "Jika pun persediaan minyak tanah ada, namun harganya sangat mahal yakni mencapai Rp3.500-Rp4.500 per liternya, padahal harga normalnya hanya Rp2.300/liter," kata Rabudin Menurut Rabudin, pendapatan dari hasil penjualan ikan tangkapan sebesar Rp1,5 juta per hari, namun jumlah itu dibagi untuk tiga hingga empat orang (nelayan), sehingga uang yang dibawa ke rumah kurang dari Rp150 ribu. "Hingga saat ini, nelayan tidak mendapatkan bantuan sumbangan dari pemerintah setempat, meskipun penghasilan nelayan terus menurun," kata Rabudin saat ditanya tentang bantuan sumbangan yang pernah diberikan Pemkab Tangerang. Di tempat terpisah, Kabid Pengawas dan Pengendalian Penanaman Modal Daerah (PMD) Kabupaten Tangerang, Hj Farida mengatakan, pihaknya akan menjalankan program pemberian modal kecil kepada 400-500 nelayan mulai pertengahan Juni 2007 di wilayah Pantura Kabupaten Tangerang. "Kelemahannya nelayan di Kabupaten Tangerang banyak yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP,red), padahal KTP merupakan persyaratan mutlak," kata Farida. Ia menambahkan, besarnya peminjaman modal berkisar antara Rp500.000 hingga Rp1 juta dan bisa meningkat jika angsuran nelayan per bulannya lancar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007