Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah saat ini sedang mengkaji sistem student loan atau pinjaman kepada mahasiswa dengan bunga murah dalam upaya meningkatkan jumlah peserta didik dan memperluas akses pendidikan tinggi bagi masyarakat. "Saat ini kami sedang mempelajari suatu sistem yang disebut student loan, yaitu suatu kredit kepada mahasiswa yang berbunga murah. Kalau di Thailand dapat berjalan baik, kenapa di Indonesia tidak," kata Mendiknas Bambang Sudibyo pada acara silaturahmi Musyawarah Nasional (Munas) III Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) di Istana Negara Jakarta, Jumat. Dalam acara yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, Mendiknas mengatakan, sebenarnya program tersebut sudah dicoba di beberapa perguruan tinggi seperti di Universitas Gajah Mada (UGM). Namun dalam pelaksanaannya, lanjutnya, ternyata tingkat pengemplangannya cukup tinggi, artinya banyak mahasiswa yang setelah lulus kemudian tidak melunasi pinjamannya tersebut. "Ini barangkali karena UGM tidak mempunyai catatan yang baik untuk menelusuri ke mana saja para alumni itu setelah lulus," katanya. Oleh karena itu, kata Mendiknas, pihaknya juga sedang mengembangkan Sistem Administrasi Alumni yang bisa mengetahui keberadaan para alumni perguruan tinggi setelah lulus. Selain melalui penerapan student loan, pemberian bea siswa kepada mahasiswa berprestasi dan kurang mampu juga terus dilakukan, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Dalam kesempatan itu, Mendiknas juga menyampaikan sejumlah target peningkatan mutu dan daya saing perguruan tinggi, antara lain meningkatkan daya saing di tingkat Asia dan dunia. "Saat ini ada empat perguruan tinggi yang berhasil masuk 300 besar dunia dan satu perguruan tinggi yang masuk masuk 500 besar dunia," katanya yang disambut tawa ratusan peserta dan hadirin yang hadir. Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya mengingatkan agar semua pihak menghilangkan kebiasaan memperolok-olok dan merendahkan diri sendiri. "Jangan senang memperolok-olok diri sendiri. Kita punya banyak keunggulan. Negara lain juga tidak semuanya baik, banyak yang tidak bagus, termasuk negara maju. Kenapa kita tidak membanggakan nilai, budaya, peradaban dan jati diri kita," kata Presiden. Presiden menambahkan, bangsa Indonesia memang ingin terus maju, menata diri, dan memperbaiki diri. "Tetapi jangan merasa kita yang paling buruk di dunia," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007