Facebook dituduh tidak cukup reaktif dalam mengatasi ujaran kebencian, padahal di Myanmar, platform tersebut menjadi media komunikasi yang cukup dominan.
"Apa yang terjadi di Myanmar adalah tragedi yang tragis, dan kami perlu bertindak lebih banyak," kata Zuckerberg dalam salah satu sesi persidangan yang berlangsung selama 5 jam, dikutip dari Reuters.
Zuckerberg menyatakan Facebook memperbanyak karyawan yang memahami bahasa Burma untuk menghapus konten yang meresahkan tersebut.
"Sulit melakukanya tanpa orang yang bisa bicara bahasa lokal, dan kami perlu menambah drastis usaha kami di sana," kata Zuckerberg.
PBB sedang menyelidiki kemungkinan genosida di Myanmar, bulan lalu pejabat PBB menyatakan Facebook menjadi sumber propaganda anti-Rohingya.
Kepala Misi Pencari Fakta PBB, Marzuki Darusman, yang juga mantan Jaksa Agung RI, menyatakan media sosial memegang peranan yang penting di Myanmar.
Baca juga: Khawatir data Facebook bocor? Ini cara mengeceknya
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018