Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Perdana menteri Palestina Salam Fayyad ditugasi untuk membentuk pemerintah baru setelah mundur secara singkat ketika keadaan darurat berakhir satu bulan setelah gerakan Islam Hamas merebut Gaza. "PM Salam Fayyad telah menyampaikan pengunduran dirinya pada presiden Mahmud Abbas yang sudah menerimanya, pada waktu yang sama memintanya untuk membentuk kabinet yang telah ditugasi untuk mengatur masalah dari hari ke hari sebagai pemerintah yang akan datang," menteri urusan pertanian dan sosial Mahmud al-Habbash mengatakan, Jumat. Sebelumnya Nabil Amr, seorang rekan dekat Abbas, mengatakan Fayyad akan menyampaikan pengunduran dirinya pada Abbas, yang akan menyuruhnya untuk "melakukan tugasnya sekarang ini hingga ia membentuk pemerintah baru". Pengunduran diri Fayyad, ahli ekonomi yang dihormati, hanya masalah prosedural dan tidak menyangsikan jabatannya sebagai perdana menteri. Sejak 17 Juni, Fayyad telah memimpin pemerintah Palestina yang ditugasi untuk melaksanakan keadaan darurat yang dikeluarkan oleh Abbas setelah Hamas menguasai Jalur Gaza. Menurut undang-undang dasar pemerintah otonomi Palestina, keadaan darurat tidak dapat bertahan lebih lama dari 30 hari tanpa persetujuan dari parlemen wilayah itu yang sekarang lumpuh. Mandat pemerintah darurat itu habis masa berlakunya Jumat. Beberapa jam sebelum pengunduran dirinya, Fayyad memperluas kabinetnya untuk membuat jalan bagi tiga menteri baru dan menditribusikan dana khusus. Itu (kabinet) mencakup Ali Khashan, menteri kehakiman baru, Tahani Abu Daqqa, menteri untuk urusan wanita, dan Ibrahim Barrash, menteri kebudayaan. Mencap tindakan Hamas di Gaza sebagai kudeta militer, Abbas menetapkan keadaan darurat pada 13 Juni, membubarkan pemerintah persatuan yang didominasi-Hamas, yang perdana menterinya Ismail Haniya menolak dipecat. Hamas sejak itu memboikot sidang parlemen Palestina yang mana gerakan itu memegang mayoritas. Pada praktiknya, pemerintah Fayyad hanya dapat mendesakkan pengaruhnya di Tepi Barat, karena Hamas menguasai Jalur Gaza.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007