Indonesia menyampaikan kecaman keras penggunaan senjata kimia di Suriah oleh pihak mana pun."
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menyatakan prihatin dengan perkembangan situasi di Suriah setelah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menembakkan lebih dari 100 peluru kendali di Suriah pascaserangan senjata kimia yang juga terjadi di negara tersebut.

"Indonesia sangat prihatin dengan perkembangan yang terjadi di Suriah. Minggu lalu, Indonesia menyampaikan kecaman keras penggunaan senjata kimia di Suriah oleh pihak mana pun," kata pernyataan pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta, Sabtu.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia mengimbau agar semua pihak mau menahan diri dan mencegah situasi keamanan dan keselamatan di Suriah menjadi semakin buruk.

Baca juga: Warga negara Indonesia diimbau tidak kunjungi Suriah

Selain itu, Pemerintah Indonesia menegaskan kepada semua pihak untuk menghormati nilai dan hukum internasional, khususnya Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengenai keamanan dan perdamaian internasional.

Selanjutnya, Pemerintah Indonesia juga meminta semua pihak untuk menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat sipil, terutama keselamatan wanita dan anak-anak harus selalu menjadi prioritas.

Pemerintah Indonesia pun kembali menekankan pentingnya penyelesaian konflik di Suriah secara komprehensif melalui negosiasi dan cara-cara damai.

Baca juga: Indonesia perlu desak PBB bersidang darurat bahas Suriah

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memerintahkan pelaksanaan serangan ke Suriah dengan menargetkan pengguna senjata kimia setelah terjadinya serangan gas beracun pekan lalu, yang menewaskan setidak-tidaknya 60 orang.

Baca juga: Trump perintahkan militer AS serang Suriah
Baca juga: Prancis perintahkan aksi militer di Suriah bersama Amerika Serikat dan Inggris
Baca juga: Rusia diperkirakan akan minta pertemuan PBB terkait serangan AS ke Suriah
Baca juga: PM Inggris Theresa May perintahkan tembak rudal ke Suriah

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018