Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Ani Ema Susanti mantan TKW di Hong Kong menjadi finalis yang berhak atas beasiswa "Eagle Awards" untuk penggarapan film dokumenter. "Proposal pembuatan film yang saya ajukan bersama teman saya, Yunni Dhevie Hapsari berjudul `Helper Hong Kong Ngampus`. Helper itu sebutan populer pembantu rumah tangga di Hong Kong, sedangkan Ngampus bahasa gaul untuk masuk kampus atau kuliah," kata Ani kepada ANTARA News di Surabaya, Minggu. Didampingi Humas Untag Surabaya, Petrus Haryanto, perempuan berjilbab asal Jombang, Jatim itu mengemukakan bahwa terpilihnya proposal "Helper Hong Kong Ngampus" merupakan kejutan karena ada 300 judul proposal yang masuk. "Dari 300 dipilih menjadi 100 kemudian diperas jadi 50, diperas lagi jadi 30 kemudian jadi 20. Dari 20 itu diuji lagi menjadi 10 baru kemudian dipilih lima besar atau finalis. Kelima finalis itu mendapatkan beasiswa untuk pembuatan film," katanya. Perempuan yang pernah bekerja di Hong Kong selama dua tahun dan kini juga magang sebagai asisten di Biro Konsultasi Psikologi Untag itu mengemukakan, film yang akan digarapnya bercerita tentang kehidupan dua TKW yang pernah bekerja di Hong Kong. "Kami mengangkat dua tokoh TKW Hong Kong yang kebetulan keduanya berasal dari Jombang, namun berbeda visi. Tokoh pertama bekerja di luar negeri hasilnya diinvestasikan untuk pendidikan, sedangkan tokoh satunya hanya digunakan membali barang," katanya. Dalam perjalananya keduanya memiliki masa depan berbeda. Tokoh pertama lebih memiliki harapan untuk menata masa depan yang lebih baik karena akan menjadi guru, sedangkan tokoh kedua justru ingin kembali ke Hong Kong karena barang-barangnya habis. "Untuk pembuatan film ini sebetulnya kami ingin sekali mengambil setting di Hong Kong tapi karena beasiswanya tidak cukup, maka cuma di Jombang, Surabaya dan Malang. Jombang tempat asal kedua tokoh, Surabaya tempat agen penyalur dan Malang tempat tokoh pertama kuliah," kata Yunni Dhevie menambahkan. Ia mengemukakan, film yang dirancang berdurasi sekitar 15 menit itu diharapkan menjadi pelajaran bagi masyarakat, khususnya para TKW untuk berpikir memanfaatkan hasil kerjanya di luar sebagai investasi, lebih-lebih untuk pendidikan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007