Malang, Jawa Timur (ANTARA News) - Cuaca buruk membuat para nelayan di wilayah laut selatan Kabupaten Malang jarang bisa melaut sehingga hasil tangkapan ikan mereka selama triwulan pertama 2018 hanya 50 ton, jauh di bawah target sekitar 1.200 ton.

"Pada triwulan pertama ini hasil tangkapan ikan yang terealisasi hanya 50 ton dari target 1.200 ton. Hal ini disebabkan nelayan tidak bisa melaut sekitar 1,5 bulan akibat cuaca kurang bersahabat," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Malang Endang Retnowati di Malang, Selasa.

Sepanjang triwulan pertama 2018, ia menjelaskan, nelayan hanya melaut sekitar 1,5 bulan saja. Selain itu, menurut dia, sebagian nelayan sedang beralih ke penangkapan baby lobster yang nilai jualnya tinggi.

"Penangkapan baby lobster ini melanggar peraturan, namun karena nilai jualnya tinggi, nelayan lebih fokus menangkap baby lobster," ujarnya.

Dinas Kelautan dan Perikanan berupaya mencegah penangkapan baby lobster dengan menyosialisasikan informasi mengenai peraturan penangkapan baby lobster.

"Kami terus melakukan pembinaan dan mengedukasi nelayan agar tidak lagi menangkap baby lobster," kata Endang.

"Kami terus berkoordinasi dengan Dinas Perikanan Jatim untuk mencegah nelayan agar tidak lagi menangkap baby lobster. Berbagai cara kami lakukan agar nelayan kembali menekuni tangkapan ikan lautnya yang sebenarnya juga cukup menjanjikan," ucapnya.

Potensi ikan laut di sepanjang pesisir pantai (di luar zona ekonomi eksklusif) Kabupaten Malang sekitar 400 ribu ton per tahun dan hasil tangkapan ikan di wilayah itu baru sekitar 12 ribu hingga 14 ribu ton ikan per tahun.

Jenis ikan laut yang bisa ditangkap di pesisir pantai (kurang dari 200 mil laut) Kabupaten Malang, di antaranya adalah cakalang, kerapu, tongkol, lobster, kakap merah dan putih, serta tuna.
 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018