Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama, Maftuh Basyuni, mengaku tak pernah berfikir untuk menyelenggarakan haji melalui kapal laut, atau yang lebih populer disebut haji laut, karena kesulitannya jauh lebih besar ketimbang kemudahan. "Saya tak pernah berfikir tentang haji laut. Apalagi mempunyai niat untuk menyelenggarakannya," kata Maftuh di ruang kerjanya, Selasa, menanggapi adanya suratkabar yang menyebutkan bahwa dirinya berinisiatif untuk menyelenggarakan haji laut, seperti yang pernah dilakukan Indonesia beberapa tahun silam. Departemen Agama tak pernah melontarkan ide atau gagasan untuk menyelenggarakan haji laut. "Ide haji laut bukan dari saya," katanya lagi. Namun ia mengakui bahwa wacana penyelenggaraan haji lewat kapal laut masih terus bergulir. Wacana itu pernah dikemukakan Muslimin Nasution dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) beberapa tahun silam. Alasannya, selain dapat menghemat, juga dapat mengangkut jemaah dalam jumlah besar. "Sebagai orang lama di sana dan pernah ikut aktif menangani penyelenggaraan haji laut, rasanya tak seperti yang digambarkan Muslimin Nasution. Sengsaranya lebih banyak," ujar Menteri Agama yang didampingi Dirjen Penyelenggaraan Haji, Slamet Riyanto. Mantan Menteri Agama Mukti Ali, yang membuka penyelenggaraan haji lewat udara, sangat memperhatikan kenyamanan jamaah haji. Karena itu, secara bertahap penyelenggaraan haji lewat laut ditutup, kata Basyuni. Ia mengatakan harus diperhatikan hambatan dari penyelenggaraan haji lewat laut. Yaitu, perubahan iklim yang ekstrim dan berpengaruh terhadap jemaah. Belum lagi kepadatan pelabuhan di Arab Saudi, yang ketika musim haji lebih banyak kapal barang ketimbang ketimbang kapal penumpang. Ketika menerima proposal tentang penyelenggaraan haji laut dari seorang kapten di Jeddah, Maftuh mendapat penjelasan bahwa haji lewat laut dapat menghemat biaya sebesar 400 dolar per orang dan dapat mengakut jemaah sebanyak 300 orang. "Bagi saya, hitungan itu belum dapat dipertanggungjawabkan," katanya. Pasalnya, menyelesaikan administrasi keimigrasian dalam waktu cepat dan jumlah orangnya banyak sangat sulit dilakukan. Belum lagi kapal pengangkut jemaah harus sandar di pelabuhan selama jemaah melaksanakan kewajibannya. "Kapal harus menunggu 10-15 hari. Itu sangat tak mungkin," katanya. Belakangan ini, lanjut dia, beberapa negara Muslim cenderung menggunakan angkutan udara untuk jemaah haji. Selain efisien, juga memberikan kenyamanan lebih baik bagi jemaah. "Sebagai informasi, India dan Pakistan saja sudah meninggalkan angkutan haji laut. Mereka menggunakan angkutan udara. Itu berarti, angkutan laut untuk haji lebih banyak kesulitannya daripada kemudahan," ujar Menteri Agama. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007