Solo (ANTARA News) - Maskapai penerbangan dan pemerintah Indonesia harus arif dan bijaksana serta tak emosianal dalam menyikapi pencekalan penerbangan Indonesia oleh Uni Eropa (UE) dan Arab Saudi. "Dengan adanya peristiwa ini, para pengusaha maskapai penerbangan Indonesia juga harus introspeksi diri, terutama dalam memberikan layanan jasa angkutan kepada para penumpang, termasuk dalam masalah keselamatan penumpang," kata Joop Ave, mantan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) era Orde Baru, di Solo, Rabu. Joop Ave mengemukakan hal itu di sela-sela menghadiri "Seminar Lokarkarya Upaya Strategis Tindak Lanjut Implementasi Agreed Minutes Komisi Bersama Republik Indonesia - Kamboja" di Solo. Untuk membenahi layanan itu, katanya, maskapai penerbangan Indonesia harus berani mengeluarkan dana cukup besar. "Sementara pemerintah sendiri dalam memberikan izin transportasi udara, laut dan darat juga harus tegas. Kalau memang sebuah maskapai penerbangan atau perusahaan otobis dan pelayaran melanggar aturan, seperti pesawat, bus dan kapal tak laik jalan, harus ditindak, tidak boleh beroperasi, dan jangan dibiarkan tetap beroperasi," katanya. Mengenai penyelesaian pencekalan Arab Saudi dan UE, Joop Ave mengatakan semuanya ini tidak bisa diputuskan dengan emosi. Semua pihak, baik itu Pemerintah Indonesia bersama asosiasi penerbangan negeri ini, dan pihak UE serta Arab Saudi harus duduk bersama, untuk membicarakan jalan keluar terbaik bagi semua pihak. "Karena ini menyangkut kepentingan bangsa dan negara, maka penyelesaiannya harus dilakukan dengan baik. Jangan emosi, karena hasilnya tidak akan baik," katanya mengingatkan. Ia mengakui larangan ini jelas akan merugikan Indonesia dan ini tidak hanya untuk sektor pariwisata saja, tetapi juga lainnya. "Saya tidak mengerti berapa persen kunjungan wisatawan asing akan mengalami penurunan, tetapi yang jelas kalau larangan itu benar-benar diterapkan, akan mengganggu sektor pariwisata dan perekonomian Indonesia serta sektor lainnya," kata Joop Ave. Untuk menyelesaikan persoalan ini jelas tidak bisa dilakukan dengan saling balas membalas, tetapi harus dibicarakan dengan baik. Penerbangan Indonesia ke Arab Saudi itu bukan hanya untuk kepentingan agama saja, tetapi juga lainnya. "Jadi, saya tidak setuju kalau ada persoalan seperti ini terus dibalas dengan tindakan lain yang sifatnya emosi. Kita harus berpikir dulu tindakan yang akan kita lakukan ini sudah tepat atau belum. Karena ini, menyangkut kepentingan rakyat dan negara," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007