Balikpapan (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah mengungkapkan bahwa saat ini di Indonesia terjadi paradoks dalam pertumbuhan ekonomi, karena meski tumbuh namun belum mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. "Pertumbuhan yang tidak menyerap tenaga kerja, nanti ujungnya membuat jurang kemiskinan yang semakin melebar. Itu paradox of growth (paradoks pertumbuhan)," kata Burhanuddin Abdullah dalam sambutannya pada Rapat Pleno XII Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), di Balikpapan, Kamis pagi. Burhanuddin menilai pertumbuhan ekonomi yang semacam itu tidak berkualitas. Meski perekonomian tumbuh enam persen sampai tujuh persen, katanya, namun belum mampu menyerap tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Selain itu, ia juga mengatakan perlunya mengantisipasi terjadinya "trickle up economy" yang dapat membuat kesenjangan semakin melebar. Menurut Burhanuddin, "trickle up economy" berbeda dengan "trickle down effect", di mana dalam konteks menetes ke bawah, pertumbuhan ekonomi sekian persen, berarti menciptakan lapangan kerja sekian ratus ribu yang mensejahterakan masyarakat. Dalam konsep "trickle up effect" yang terjadi justru sebaliknya yang diuntungkan hanya masyarakat kaya. Burhanuddin mencontohkan inflasi bagi masyarakat berpendapatan tetap dan berpendapatan rendah. Inflasi merupakan pajak yang menghukum mereka, karena mereka tidak punya alternatif dalam mengelola sumber-sumber keuangan untuk menghadapi kenaikan harga-harga barang, sehingga membuat mereka semakin miskin. Tetapi, bagi orang-orang kaya inflasi tidak berpengaruh, karena mereka mampu menempatkan uangnya di deposito, pasar modal dan sebagainya yang dapat digunakan untuk mengatasi kenaikan harga-harga melalui keuntungan yang diperoleh dari bunga deposito atau keuntungan yang diperoleh dari penempatan dana di produk tersebut. "Hal ini membuat kesenjangan makin melebar," katanya. Rapat Pleno ISEI kali ini dihadiri oleh 49 cabang dan lebih dari 300-an delegasi. (*)

Copyright © ANTARA 2007