Mataram (ANTARA News) - Sekretaris Persatuan Wartawan Indonsia (PWI) Cabang Nusa Tenggara Barat (NTB), M. Nurhaedin, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan pembelaan menghadapi teror kepada wartawan yang dilakukan Sodikun Syahroni, Kepala Depot Pertamina Ampenan, Mataram, NTB. "Memperlihatkan senjata api dan clurit tajam yang diambil dari laci meja kerjanya kepada empat wartawan yang akan mewawancarai merupakan bentuk terselubung suatu teror, kita sudah siapkan pembelaan," katanya kepada wartawan di Mataram, Kamis. Menurut dia, pernyataan Sadikun bahwa senjata itu digunakan untuk menghadapi tekanan-tekanan sangat tidak etis, dan tidak pantas dilakukan dihadapan wartawan. Senjata api yang dimilikinya itu bukan barang yang akan dipamer-pemerkan, apalagi tujuannya untuk menakut-nakuti wartawan yang datang untuk wawancara. Kedatangan empat wartawan ke Depot Pertamina dan diterima Sadikun pada Rabu (18/9) atas permintaannya sendiri melalui Kepala Bagian Hubungan Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi (Kabag Humas Pemprov) NTB. Keempat wartawan yang berada di Kantor Humas Pemprov NTB tersebut diminta untuk segera menemui Sadikun selaku Kepala Depot Pertamina Ampenan yang akan memberikan keterangan pers. Oleh karena itu, Nurhaedin menilai, Sadikun yang Kepala Depot Pertamina tersebut tidak perlu menyuguhi wartawan dengan senjata api dan clurit, karena sikap demikian merupakan salah satu bentuk teror bagi wartawan yang sedang melaksanakan tugas jurnalistiknya. Nurhaedin menyatakan, pihaknya mengetahui kejadian tersebut setelah dihubungi wartawan yang menyaksikan langsung senjata yang dipamerkan Sadikun. Dua dari wartawan itu menyatakan diri mereka merasa takut sekaligus meminta perlindungan kepada PWI, agar jangan sampai keduanya ditembak. "Atas laporan itulah, kami pun telah meminta pihak kepolisian untuk memproses sikap arogan Kepala Depot Pertamina cabang Ampenan, Mataram, kami tidak mengurus sah tidaknya kepemilikan senjata itu, tetapi yang kami tekankan adalah sikap teror yang ditujukan kepada wartawan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007