Cilegon (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat menyadari bahwa keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan bangsa Indonesia merupakan contoh bagi negara lain dan menjadi penguat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Insha Allah sampai kiamat kita bersatu dalam NKRI," kata Presiden Joko Widodo dalam amanatnya saat menghadiri Hari Lahir Lembaga Pendidikan Islam Al-Khairiyah di Cilegon, Jumat.

Presiden mengatakan, saat ini jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai sekitar 263 juta jiwa yang merupakan jumlah yang besar dan tersebar di 17 ribu pulau di Nusantara. Indonesia juga memiliki sekitar 714 suku yang berbeda dengan 1100 lebih bahasa daerah, 415 kabupaten /kota dan terbagi dalam 34 provinsi.

"Betapa negara ini negara yang sangat besar, Indonesia yang sangat besar yang kadang kita tidak sadari, suku bangsa yang berbeda, agama berbeda, bahasa yang berbeda. Di Banten saja ada beberapa bahasa, itu baru di satu provinsi, dari Miangas sampai Pulau Rote berbeda-beda," katanya.

Oleh karena itu, Indonesia yang sangat besar dan beragam tersebut hendaknnya dijadikan sebuah kekuatan yang terus terjaga dengan baik untuk keutuhan NKRI.

Bahkan, kata dia, saat ini Indonesia dijadikan sebagai contoh negara di dunia dengan suku, agama dan bahasa daerah yang berbeda, tetapi tetap dalam bingkai NKRI.

"Kita diminta menjadi mediator di Afganistan yang sudah berlangsung 40 tahun perang saudara yang tak selesai selesai. Itu hanya , tujuh suku di Afganistan, kita ada 714 suku dan Alhamdulillah sampai saat ini tetap aman," kata Presiden Joko Widodo di hadapan ribuan masyarakat yang hadir yang terdiri dari kalangan ulama dan santri di Banten.

Presiden juga mengingatkan bahwa Tahun 2018 ada sekitar 171 daerah yang akan menyelenggarakan pilkada, baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. Selanjutnya pada Agustus pendaftaran capres dan cawapres dan 2019 dilangsungkan Pilpres dan Pileg.

"Kita harus menyadari sebangsa dan setanah air, beda pilihan silahkan, jangan sampai kita ini retak atau tidak saling sapa antarkampung antarteman. Itu rugi besar, nilai sosialnya terlalu besar, hanya urusan pilkada yang lima tahun tapi terjadi keretakan," katanya.

Ia mengatakan, dengan adanya hajatan politik 2019, saat ini sudah ramai di media sosial, saling cemooh, saling curiga, ujaran kebencian, ujaran kedengkian.

"Hal itu jangan sampai terjadi karena kita bersaudara. Perkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basariah. Kita harus jaga bersama-sama," katanya.

Presiden Joko Widodo didampingi Ketua Umum MUI KH Ma`ruf Amin, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri Harlah Alk-Khairiyah yang ke-93 di Perguruan Al-Khairiyah Citangkil Cilegon, Banten. Hadir juga dalam acara tersebut Gubernur Banten Wahidin Halim, Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy serta ratusan ulama di Banten.

Baca juga: Imlek bentuk keberagaman dalam kebanggaan

Pewarta: Mulyana
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018