Banda Aceh (ANTARA News) - Sampai pertengahan Juli 2007, wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) masih sering diguncang gempa bumi, rata-rata setiap harinya antara lima sampai delapan kali dengan kekuatan antara 2,1 - 5,0 pada skala richter (SR). Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie, Aceh Besar, Syahnan, di Banda Aceh, Sabtu, menyebutkan gempa bumi yang terjadi selama ini sebagian besar tidak dirasakan manusia. Pusatnya tetap di laut sebelah barat dan barat daya Banda Aceh. Gempa terakhir dengan kekuatan 4,8 pada SR itu mengguncang wilayah Aceh beberapa hari lalu, namun tidak menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat karena sebagian besar tidak merasakan, terutama bagi pekerja keras dalam puncak kesibukan tinggi. "Tapi, secara umum frekuensi gempa bumi di wilayah Aceh sudah menurun dibandingkan dua tahun pertama setelah gempa utama yang disertai bencana tsunami 26 Desember 2004," kata Syahnan membandingkan. Sepanjang Juni 2007, gempa yang terekam pada stasiun pencatat gempa di Mata Ie lebih dari 200 kali, namun hanya beberapa kali saja yang dirasakan manusia dengan kekuatan antara 4,0 - 5,1 pada skala richter. "Kita harapkan, frekuensi gempa di Aceh semakin berkurang, guna menghilangkan trauma di kalangan masyarakat di Aceh," katanya. Gempa tektonik yang terjadi selama ini, lebih banyak dirasakan masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir barat selatan Aceh, seperti Aceh Barat, Simeulue, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya dan Nagan Raya serta sekali-kali terjadi di dekat Pulau Weh, Sabang. "Walaupun wilayah Aceh hingga kini masih sering terjadi gempa bumi, namun masyarakat yang bermukim di daerah pesisir Aceh itu diminta tetap tenang karena diperkirakan tidak akan terjadi tsunami susulan," demikian Syahnan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007